Gedung Bank Indonesia
Gedung Bank Indonesia

Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia akan mengupayakan defisit neraca transaksi berjalan pada akhir tahun berada di bawah tiga persen terhadap PDB, meski pencapaian hingga semester I-2018 telah mencapai 2,6 persen terhadap PDB.

“Sampai akhir tahun, kami meyakini, BI masih menjaga di bawah tiga persen,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (10/8).

Yati mengatakan BI akan terus bekerja sama dengan pemerintah dengan melakukan berbagai upaya agar defisit neraca transaksi berjalan dapat lebih terkendali.

Salah satunya dengan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan menggairahkan sektor pariwisata, terutama di daerah wisata prioritas, yang dapat menyumbang devisa dalam jangka pendek.

Ia menjelaskan strategi ini telah dilakukan oleh Thailand yang mampu mengembangkan dan mengelola industri pariwisatanya dengan optimal sehingga negara tersebut mempunyai surplus neraca jasa.

“Kita akan meningkatkan sumber-sumber devisa, seperti pariwisata, untuk meningkatkan surplus dan menekan defisit neraca jasa,” ujarnya.

BI juga memberikan apresiasi kepada pemerintah yang telah membuat sistem pelayanan terintegrasi (OSS) untuk mengundang investasi, terutama yang berbasis ekspor dan subtitusi impor, sebagai upaya menekan defisit neraca transaksi berjalan.

Selain itu, tambah Yati, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk mendorong kelanjutan reformasi struktural.

BI juga terus mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek neraca pembayaran, seperti tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, kecenderungan proteksionisme perdagangan di sejumlah negara dan kenaikan harga minyak dunia.

Sebelumnya, bank sentral mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 telah mencapai 8 miliar dolar AS atau tiga persen terhadap PDB, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.

Salah satu alasan peningkatan defisit neraca transaksi berjalan ini adalah penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: