Kulon Progo, Aktual.com – Luas lahan tanam bawang merah di Desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berkurang hampir 50%.
Luas lahan bawang merah berkurang hingga 87 hektare, dari seluas 221 hektare tahun 2017, menjadi 134 hektare karena terkendala jaringan irigasi.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Eko Purwanto mengungkapkan, penurunan luas tanam bawang merah ini terjadi akibat dimatikannya jaringan irigasi Kalibawang dari 15 April sampai 31 Juli.
“Jaringan irigasi Kalibawang sudah dioperasikan sejak 1 Agustus, tapi air belum sampai di wilayah Kecamatan Sentolo karena air masih digunakan untuk mengairi sawah di Kalibawang dan Nanggulan,” kata Eko pada Kamis (23/8).
Ia mengatakan jaringan irigasi Kalibawang tidak bisa dinaikkan debitanya. Standar debit air sekitar lima sampai enam meter kubik per detik, saat ini khusus jaringan irigasi Kalibawang yang dialirkan melalui Talang Bowong hanya sekitar dua meter kubik per detik karena masih dalam tahap perbaikan.
“Talang Bowong belum bisa dioptimalkan pemanfaatnya, sehingga air belum sampai ke Desa Srikayangan pada Agustus ini,” katanya.
Eko mengatakan untuk mengantisi berkurangnya luas tanam bawang merah, Dinas Pertanian dan Pangan mengembangkan tanaman bawang merah di kawasan lahan pasir Bugel, Panjatan seluas 7 hektare dan di Gotakan seluas 7 hektare.
“Total penambahan luas tanam lahan bawang merah di Kecamatan Panjatan sekitar 15 hektare. Biasanya petani di Bugel dan Gotakan pada Agustus menanam cabai beralih ke tanaman bawang merah,” katanya.
Salah satu petani bawang merah Desa Srikayangan Murjono mengatakan luas bulak Srikayangan 400 hektare, yang ditanami bawang merah biasanya 200 hektare hingga 250 hektare pada musim tanam ketiga Agustus hingga Oktober.
“Pada tahun ini, jumlah petani yang menanam bawang merah pada Agustus ini menurun hingga 50 persen karena tidak ada air. Luas tanam bawang merah pada musim ini hanya sekitar 100 hektare atau turun lebih dari 50 persen. Petani yang tanam yang memiliki sumur bur,” kata Murjono.
Ia mengatakan, pada awal Agustus biasanya petani melakukan penanam bawang merah secara serentak. Tahun ini, sebagian besar petani tidak menanam bawang merah. Sejak April, air sudah tidak mengalir di saluran irigasi yang ada di wilayah itu.
Hal ini disebabkan ada perbaikan Tawang Bowong disaluran irigasi Kalibawang. Informasinya, mulai 1 Agustus kemarin air saluran irigasi sudah dialirkan, namun debitnya masih kecil di bawah 5 meter kubik per detik. Sehingga petani pesimistis air sampai Srikayangan dalam waktu dekat.
Petani hanya dapat menanam bawang merah hingga akhir Agustus, kalau pada September dan Oktober tidak bisa dilalukan karena memasuki musim ulat. Siklus ulat biasanya terjadi pada September-Oktober, sehingga sangat riskan bagi petani untuk menanam bawang merah.
“Kami berharap BBWSSO menaikan debit air yang dialirkan, supaya air saluran irigasi Kalibawang bisa mengairi sawah petani Srikayangan pada Agustus dan bisa menanam bawang,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan