Mataram, Aktual.com – Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram Sudenom menyebutkan, hingga minggu keempat pascagempa bumi yang melanda daerah ini, proses belajar-mengajar di sekolah khususnya tingkat SD dan SMP belum bisa aktif.
“Ini sudah masuk minggu keempat pascagempa bumi, namun aktivitas sekolah masih relatif sepi,” katanya kepada wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (27/8).
Dikatakannya, setelah isu tentang tsunami dan gempa bumi tanggal 26 Agustus tidak terbukti, Senin ini ada beberapa sekolah yang siswanya mulai masuk, tetapi jumlahnya sangat kecil.
Bahkan, jika melihat angka kehadiran siswa pada beberapa sekolah baik tingkat SD maupun SMP, masih di bawah 50 persen dan kegiatan tetap dilakukan di luar ruangan.
Sejauh ini, Sudenon belum dapat memprediksi sampai kapan kondisi ini akan berlangsung, namun pihaknya juga tidak bisa memaksakan siswa termasuk para guru untuk masuk sekolah.
Pasalnya, kondisi psikologi anak-anak masih belum siap, begitu juga dengan orang tua mereka serta para tenaga pengajar.
“Sampai sekarang masih banyak orang tua yang membawa anaknya mengungsi, termasuk para guru dan itu bisa dimaklumi karena sangat manusiawi,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Sudenom, pihaknya belum dapat mengeluarkan instruksi kepada sekolah untuk segera masuk dan melakukan proses belajar-mengajar seperti biasa.
“Tetapi, apabila sampai besok kondisi sudah lebih aman dan baik diharapkan siswa bisa kembali ke sekolah pada hari Rabu (29/8), dengan tetap melaksanakan kegiatan pemulihan trauma,” katanya.
Lebih jauh, Sudenom mengatakan, meskipun siswa belum bisa secara penuh masuk sekolah, namun jajaran sekolah rata-rata sudah melakukan berbagai instruksi dari kepala daerah yang meminta agar sekolah melakukan penataan di sekolah masing-masing.
Penataan yang dimaksudkan adalah, apabila ada bagian dari sekolah yang mengalami retak-retak sedikit dan bisa ditangani sekolah harus segera diperbaiki.
Begitu juga jika ada tiang yang bengkok, kaca pecah serta alat-alat yang berubah akibat getaran gempa bumi segera dikembalikan seperti semula.
“Tujuannya, agar hal-hal itu tidak mengingatkan kembali anak-anak terhadap bencana gempa yang terjadi,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan