Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara perlahan tapi pasti telah tergerus hingga menyentuh level Rp 15.000 per dolar AS.
Pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy pun angkat bicara mengenai hal ini. Noorsy mencoba menengok ke belakangan ketika pemerintah mengklaim sejumlah prestasi dari sejumlah lembaga internasional.
“Coba tengok ke belakang, semua pemeringkat kredit meningkatkan credit rating Indonesia, SMI (Sri Mulyani Indarwati, red) menjadi Menkeu terbaik dan hutang dinilai masih dalam posisi aman,” kata Noorsy dalam pesan singkatnya kepada Aktual, Selasa (4/9) kemarin.
Terkait peringkat kredit Indonesia, beberapa lembaga kredit internasional memang menaikkan peringkat Indonesia, seperti S&P yang menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil pada Mei tahun lalu.
Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani dinobatkan oleh majalah keuangan ‘Finance Asia’ sebagai Menku Terbaik Asia Pasifik 2018 pada April lalu, atau dua bulan setelah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) itu meraih penghargaan sebagai Menkeu Terbaik di Dunia dalam World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Selain itu, Noorsy juga menyebut gembar-gembor pemerintah yang menyebut Indonesia akan masuk ke 4 besar ekonomi dunia pada 2050. Proyeksi ini sendiri merupakan hasil riset dai lembaga konsultasi ekonomi internasional Pricewaterhouse Coopers (PwC) pada Februari 2017.
Noorsy pun menyebut klaim yang mencatat meningkatnya daya saing Indonesia. Pada November 2017, Bank Dunia memang melaporkan bahwa indeks kemudahan usaha Indonesia menempatai peringkat 72 dari 190 negara.
Dalam laporan tersebut, peringkat Indonesia disebut meningkat secara signifikan, yakni naik 19 peringkat dari peringkat sebelumnya.
Selanjutnya, Noorsy pun menyebut dua aspek lainnnya. Setelah lima poin prestasi yang diklaim pemerintah, kali ini ia menyebut dua aspek yang dijadikan tameng oleh pemerintah dalam menghadapi kritik.
“(Pertama) Istilah ketidakpastian sudah muncul sejak era Soeharto.
(Kedua) Kita enggak perlu takut menghadapi perdagangan dan pasar bebas,” ucap Noorsy.
Namun, menurut Noorsy hasil yang diketahui ternyata tak berbanding lurus dengan lima poin klaim dan dua poin dalih yang kerap didengungkan oleh pemerintah.
“Hasilnya US$1=Rp15.000. Indonesia huebaaaat kan,” tutup Noorsy.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan