Jakarta, Aktual.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan memastikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Tapanuli Selatan, tidak akan mengganggu kelestarian orangutan.
“Tim saya saat ini sedang di lokasi untuk mengidentifikasi dampak pembangunan (PLTA Batangtoru, red) terhadap orangutan,” kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno di Jakarta, Selasa (11/9).
Wiratno menegaskan bahwa penyelamatan orangutan Tapanuli, Sumatera Utara, menjadi fokus perhatian pemerintah seperti diinstruksikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.
“Penyelamatan orangutan ini menjadi concern pemerintah dan akan dibentuk tim khusus yang permanen untuk memantaunya,” kata Wiratno.
Dia menuturkan bahwa lokasi rencana pembangunan PLTA Batangtoru berada di areal penggunaan lain (APL) yang berarti di luar kawasan hutan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 15 tahun oleh peneliti dari Balai Litbang LHK Aek Nauli, kepadatan orangutan di bakal lokasi pembangunan PLTA Batangtoru rendah. Hanya sekitar 0,41 individu per kilometer persegi. Orangutan lebih banyak ditemukan di tempat yang memiliki ketinggian di atas 600 meter dari permukaan laut.
“Tim kami akan melakukan pengecekan di sekitar rencana lokasi pembangunan PLTA,” katanya.
KLHK akan membentuk tim khusus yang bersifat permanen di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara untuk memantau dampak rencana pembangunan PLTA Batangtoru juga pembangunan lain yang sudah berjalan selama ini.
Tim akan melibatkan Kesatuan Pengelolaan Hutan Unit XI Sumatera Utara dan pihak-pihak terkait. “Harapan kami dampak pembangunan PLTA minimal,” katanya.
Wiratno menyatakan, terdapat kawasan hutan yang cukup luas sebagai habitat orangutan Tapanuli. Selain Cagar Alam Dolok Sibual-buali, ada juga Cagar Alam Dolok Tinggi Raja.
Selain itu ada lokasi Suaka Alam yang saat ini sedang dalam proses penetapan. Dia menyatakan saat ini kawasan hutan di ekosistem Batangtoru secara umum masih sangat baik.
Wiratno juga mengatakan, PLTA merupakan salah satu solusi penyediaan energi listrik yang paling bersih. PLTA akan ikut menjaga kawasan hutan membutuhkan pasokan air secara berkesinambungan.
PLTA Batangtoru termasuk Infrastruktur Strategis Ketenagalistrikan Nasional sebagai bagian dari Program 35.000 Mega Watt (MW).
PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) yang membangun PLTA itu menggunakan teknologi yang didesain irit lahan, yakni memanfaatkan badan sungai seluas 24 Hektare dan lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian untuk menampung air.
Air kolam harian akan dicurahkan melalui terowong bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.
Dari izin lokasi seluas 6.500 Ha yang diberikan untuk survei dan studi lapangan, PLTA Batangtoru hanya memerlukan 122 hektare untuk tapak bangunan dan genangan air. Berdasarkan kajian itu, PLTA Batang Toru membebaskan lahan seluas 650 hektare dan hanya akan membuka lahan sesuai keperluan fasilitas yang dibutuhkan.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan