Jakarta, Aktual.com – Semarak Pilpres di Banten makin terasa dengan meriahnya majelis-majelis taklim membahas isu politik dan pemilu. Tidak jarang jama’ah pengajian menanyakan siapa pemimpin ideal yang pantas dipilih dan bagaimana memilih pemimpin menurut Islam.
Sebagai sarana taklim atau tempat belajar, majelis juga berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi jama’ahnya, karena itulah para pimpinan majelis taklim di Banten berkumpul membentuk forum komunikasi.
Hal tersebut sebagai wahana tukar informasi dan media tabayyun dari meriahnya berita hoaks dan produksi fitnah yang banyak terjadi saat proses pilpres berlangsung. Mereka tergerak untuk mengantisipasi munculnya konflik horizontal akibat politik identitas.
Dalam konteks itulah berlangsung pertemuan para pimpinan dan pengelola majelis taklim di Kota Serang, Provinsi Banten. Pertemuan yang digagas Ahmad Saefullah itu berhasil menghimpun beberapa majelis.
Mereka bersepakat untuk menjalankan pendidikan politik agar majelis taklim bisa memberi kontribusi bagi suksesnya pemilu serentak 2019. Pendidikan politik yang dimaksud terutama adalah bagaimana agar memilih presiden dan wakil presiden berbasis pada program. Karenanya bedah visi misi dan bongkar rekam jejak menjadi prioritas.
“Kita harus didik ummat agar memilih presiden bukan karena taqlid atau ikut-ikutan, apalagi ikut propaganda fitnah dan hasutan yang memecah belah. Memilih salah satu dari dua pasangan yang ada itu hukumnya mubah. Kalau ada yang memgharamkan memilih salah satunya, itu adalah kesesatan nyata,” ujar Saefullah kepada media di lokasi pertemuan di Kota Serang, Rabu (10/10).
Sementara itu ustadzah Siti Badriyah salah satu pimpinan majelis taklim yang hadir menjelaskan, memilih pemimpin negara bukanlah perkara sederhana. Harus dicari pemimpin yang berpengalaman, punya kepedulian, sosok yang teruji karena kerja nyata dan bisa dilihat hasil kerjanya.
Ia bahkan mengajak rakyat Banten terutama para jama’ah majelis taklim untuk mendukung Kiyai Haji Ma’ruf Amin yang diminta Presiden Jokowi mendampinginya di kepemimpinan periode mendatang. Ia menyatakan sepakat sama inti pertemuan, bahwa mejelis harus memberikan pendidikan politik dan jangan bawa-bawa agama dalam pemilu.
“Tapi kalau kami justru mau menjadikan majelis ini sebagai sarana untuk membuka mata hati orang Banten bahwa calon wakil presiden sekarang ini adalah orang Banten, kita harus bangga itu. Kalau kemarin yang datang ke majelis kita adalah Kiyai Ma’ruf, nanti yang datang dan cermah itu wakil presiden. Kan keren majelis taklim yang ceramahnya wapres,” ujarnya.
Senada dengan Badriyah, ustadz Suryana salah seorang guru ngaji yang menghadiri pertemuan menyatakan, sah-sah saja majelis taklim dijadikan media bedah tokoh. Di situ dikupas dan diulas secara mendalam kemampuan, pengalaman dan kepedulian para calon yang ada. Pilih pemimpin yang sudah teruji dan terbukti, jangan yang bisanya hanya kritik dan janji.
“Dari dua capres yang ada, kalau menurut kami sih lebih baik menyukseskan Pak Jokowi. Sudah jelas dia bekerja untuk negara kita. Contohnya bidang infrastruktur, selama kurun waktu 2014-2018 ia sudah membangun sekitar 3.400 km jalan biasa, ditambah 443 km jalan tol. Itu bukan prestasi main-main. Itu serius bagus. Secara umum fondasi ekonomi juga bagus. Tidak seperti yang digembor-gemborkan Prabowo seolah negara ini akan bangkrut, itu terlalu sentimen bahasanya,” ujarnya.
Ustadz Suryana menambahkan, angka kemiskinan di era Jokowi turun hingga 9,8%, itu pertama kalinya dalam sejarah. Sayangnya atas pencapaian itu justru ada kubu yang kebakaran jenggot. Mereka mungkin maunya negara ini rusak lalu kepemimpinan beralih. Padahal harusnya tidak begitu. Kepemimpinan itu berkesinambungan.
“Habis Pak SBY dua periode memimpin lalu Pak Jokowi satu periode ini dan satu periode lagi nanti, lalu periode berikutnya. Saling terkait. Jadi kami setuju saja pendidikan politik di majelis taklim. Semua harus diarahkan agar berkampanye sehat, debat program sajalah, jangan bawa-bawa dalil seolah dukung Jokowi adalah salah. Bagaimana bisa begitu, apalagi semua calon yang ada, agamanya Islam,” pungkasnya.
Laporan : Fadlan Syiam Butho
Artikel ini ditulis oleh: