Jakarta, Aktual.com – Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengemukakan bahwa tantangan dalam mewujudkan swasembada pangan Nusantara adalah luas lahan yang tidak memadai.
“Hal ini dibuktikan dari data Bank Dunia pada 2017 yang menyebutkan hanya 31,5% atau 570.000 kilometer persegi lahan di Indonesia yang digunakan untuk pertanian,” kata Hizkia Respatiadi di Jakarta, Senin (15/10).
Hizkia mengungkapkan, sebagai perbandingan, Thailand memiliki lahan pertanian seluas 221.000 kilometer persegi atau 43,3% dari total lahannya.
Sementara Australia, lanjutnya, menggunakan 52,9% lahannya untuk pertanian atau seluas 4 juta kilometer persegi.
Sedangkan negara dengan penduduk terbanyak di dunia yaitu China memiliki lahan pertanian seluas 5 juta kilometer persegi atau 54,8% dari total luas lahannya.
“Tantangan yang dimiliki Indonesia untuk mengejar swasembada pangan bukan hanya semakin berkurangnya luas lahan, jumlah pekerja di sektor pertanian juga terus menurun,” paparnya.
Ia mengingatkan bahwa di Tanah Air saat ini sebanyak 45% pekerja bekerja di sektor jasa. Sementara itu pekerja di sektor pertanian hanya 33%.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Nasution menyatakan kepada para generasi muda yang menginginkan menjadi konglomerat, maka seharusnya menekuni bidang pertanian dan menjadi petani.
“Anak muda kalau mau jadi konglomerat, jadilah milenial,” kata Amran Sulaiman dalam acara Peluncuran Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian Modern Mendukung Revolusi Industri 4.0 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, Tangsel, Banten, Jumat (28/9).
Menurut Amran, dari sekitar 10 konglomerat yang ada di Indonesia, maka sekitar delapan orang mendapatkan kekayaannya terkait dengan sektor pertanian.
Mentan juga berpendapat bahwa setelah pihaknya memberikan banyak bantuan alat, sarana dan prasarana sektor pertanian, maka saat ini semakin banyak pemudi dan pemuda yang turun ke sawah untuk mengelola lahan pertanian.
Selain itu, ujar dia, terjadi juga lonjakan minat dari generasi muda untuk belajar dan menekuni sektor pertanian, yang ditandai dengan meningkatnya mereka yang ingin belajar di lembaga pendidikan pertanian.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan