Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menghadiri acara pembukaan sesi "Pathways to Prosperity" dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10). Agenda tersebut membahas tentang perkembangan teknologi untuk pertumbuhan ekonomi. ANTARA FOTO/ ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun/wsj/2018

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pertumbuhan impor sudah turun menyusul berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah namun angkanya masih besar.

“Impor walaupun growth-nya turun, tapi yoy (year on year) masih 14%, itu masih terlalu tinggi,” kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/10).

Menkeu menyatakan senang perkembangan terkini berdasar laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menuju ke arah membaik dari sisi neraca perdagangan, terutama nonmigas.

“Kondisi September sudah menunjukkan positif, meskipun neraca perdagangan migas masih negatif,” katanya.

Ia berharap kewajiban penggunaan biofuel atau B20 akan segera menurunkan impor dan konsumsi BBM di dalam negeri sehingga akhir tahun 2018 diharapkan neraca perdagangan migas sudah positif.

“Trennya sudah benar, meski ratenya harus diakselerasi lebih cepat,” katanya.

Menkeu juga berharap pertumbuhan industri manufaktur lebih cepat sehingga ekspor dapat tumbuh lebih tinggi.

“Kita mengharapkan industri manufaktur lebih cepatlah sehingga ekspornya meningkat karena saat ini pertumbuhan ekspornya masih sangat kecil, belum meningkat,” katanya.

Sebelumnya BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus 230 juta dolar AS secara bulanan pada September 2018. Realisasi ini membaik dibandingkan bulan lalu yang mencatat defisit mencapai 1,02 miliar dolar AS.

Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menuturkan, surplus neraca perdagangan disebabkan karena jumlah ekspor lebih besar dibanding impornya. Tercatat, ekspor di angka 14,83 miliar dolar AS dan impornya di angka 14,60 miliar dolar AS.

Nilai ekspor sebesar 14,83 miliar dolar AS ternyata menurun 6,58 persen dibanding bulan sebelumnya yakni 15,18 miliar dolar AS. Adapun ekspor migas menurun 15,8 persen dari 1,43 miliar dolar AS ke angka 1,21 miliar dolar AS, dan ekspor nonmigas turun 5,67 persen dari 14,44 miliar dolar AS ke 13,62 miliar dolar AS.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan