Jakarta, Aktual.com – Bisnis jagung pakan masih moncer seiring dicari banyaj pihak dari kalangan peternak ayam layer (petelur) hingga industri pakan ternak. Tanaman serealia yang berbeda dengan jagung manis (hortikultura) ini, menjadi salah satu bahan utama pakan ternak ayam.
Dean Novel, salah satu pelaku bisnis di komoditi ini menyebutkan, sebelum menerjuni bisnis jagung pakan, dirinya sudah mempelajari dan mencoba beragam komoditi bahan pangan.
Salah satunya komoditi beras. Namun pasar besar, sebut dia, hanyabmenyasar konsumen dan BUMN pangan, Perum Bulog. Maslahnya, kalau hanya sasar konsumen dijual secara retail. Sedang jika jual partai besar lewat Bulog terkendala Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
“Tapi kalau jagung tidak begitu. Jagung justru tidak retail tetapi pasarnya industri. Itu yang menarik,” ujar Dean dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (19/10).
Setidaknya, kata dia, sudah mencoba tujuh komoditi. Antara lain kakao, kopi, rempah dan rumput laut. Dari semuanya, ia membuktikan jagung yang paling stabil, risikonya bisa diukur dibandingkan komoditi lain, dan pasarnya masih sangat luas.
“Istilahnya, sambil merem saja jagung menghasilkan. Tak jantungan. Kalau kopi, kakao, rempah dan rumput laut bikin jantungan. Seperti rempah kalau harga naik, sangat tinggi naiknya. Tetapi kalau jatuh bisa sampai bangkrut,” tutur dia.
Kini, pria yang disapa petani berdasi ini, menggeluti bisnis ini di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan lahan yang dikelolanya seluas mencapai 7.000 ha.
Dia menambahkan, alasan lain karena saat memulai usahanya impor jagung sangat tinggi. Selama 10 tahun terakhir rata-rata impor jagung Indonesia mencapai 3 juta ton.
Lainnya, kata dia, menanam jagung itu cukup murah. Dengan Rp 5 juta per ha dalam semusim bisa menghasilkan 10 ton per ha. Sementara limbahnya juga bisa dimanfaatkan.
Kata dia, daun kering dan batangnya dapat diolah menjadi silase (pakan berkadar air tinggi). Bongkolnya diolah menjadi pakan ternak berprotein tinggi lewat fermentasi. Dan tentu jagung pipilannya menjadi bahan utama pakan ternak.
“Jagung itu mirip kelapa, semuanya dapat diolah dan dimanfaatkan. Sehingga tanam jagung semusim bisa cash flow,” terang dia yang sekarang menjadi konsulltan Pemda untuk pertanaman jagung di Sulu, Halmahera dan juga NTT.
Apalagi saat ini kebijakan pemerintah sudah berpihak ke petanam jagung. Menteri Pertanian Amran Sulaiman pernah menyebut harga jagung sebelumnya dibanderol Rp 1.000-Rp 1.500 per kg. Ini tentu terlalu rendah.
“Tapi setelah dikeluarkan Pepres itu (tentang harga jagung) harganya jadi Rp 3.150/kg. Sehingga orang bertani produksi naik 3-4 juta ton,” jelas Arman.
Saat ini, lanjut Dean, dirinya masih fokus memasok industri pakan ternak Jawa Timur. Dirinya mengaku kewalahan, karena permintaannya masih sangat tinggi.
Artikel ini ditulis oleh: