Presiden Joko Widodo (kiri) melakukan pertemuan dengan sejumlah pengamat ekonomi diantaranya Yose Rizal (kedua kiri), Poltak Hotradero (ketiga kiri), Arif Budimanta (keempat kiri), Tony Prasetiantono (ketiga kanan), Djisman Simanjuntak (kedua kanan) dan Hendri Saparini (kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (31/8). Pertemuan tersebut membahas soal kondisi perekonomian Indonesia dan global terkini. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/pd/15.

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero menilai kebijakan moneter Bank Indonesia dalam merespon gejolak ekonomi global dengan menaikkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan terakhir sudah cukup agresif.

“Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain ‘peers’-nya Indonesia, Bank Indonesia (BI) itu sudah cukup agresif dan sudah punya ‘spread’ yang lebar banget,” ujar Poltak di Jakarta, Jumat (26/10).

Sejak April 2018, BI sudah meningkatkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sebesar 150 basis poin dari 4,25 persen menjadi 5,75 persen.

Namun, pada Rapat Dewan Gubernur Selasa (23/10) lalu, bank sentral akhirnya mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di angka 5,75 persen.

“Ketimbang setiap waktu harus naikin, lebih baik ‘pause’ dulu lah, lihat keadaan,” kata Poltak.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid