Jakarta, Aktual.com – Cahaya bulan menerangi atap-atap rumah tersisa yang menyembul dari lumpur. Rini (43) bersama bapak, kakak, adik dan keponakannya bertahan di atas salah satu bumbungan (atap) tersebut.

Dari sana, ia dan yang lainnya masih bisa mendengar teriakan meminta tolong dari mereka yang terjebak di bawah reruntuhan rumah-rumah yang terendam lumpur. Namun mereka bergeming.

Sudah satu jam peristiwa mengerikan itu berlalu, namun rasa takut membuat tubuh mereka seperti kaku. Tidak ada yang berani bergerak, terlebih goncangan-goncangan gempa masih terasa.

Hanya doa yang tidak terputus di antara tangis saja yang bisa mereka lakukan di sana. Memohon agar apa yang baru saja mereka hadapi tidak terulang lagi.

Rini yang memiliki nama lengkap Patrini Hadjli ini merupakan warga Petobo. Ia adalah penyintas dari peristiwa likuifaksi yang terjadi di Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pascagempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) mengguncang timur laut Donggala pada 28 September 2018.

Mata Rini memang terlihat sedikit merah siang itu, saat berbincang dengannya, di bawah terpal yang dinaungi pohon-pohon coklat di Dusun Ranoropa, Desa Loru, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Saat itu ia lancar bercerita tentang apa yang menimpanya sekitar 10 hari sebelumnya.

Peristiwa itu terlalu cepat, seperti kilat, ujar Rini. Sore sebelum bumi berguncang hebat, dirinya baru saja menyelesaikan tugas menyiapkan makan malam dilanjutkan dengan membersihkan tubuhnya setelah seharian mengajar di SMK 4 Palu.

Sambil menunggu kumandang azan magrib ia mengambil telepon pintarnya dan mulai mencari berita-berita gempa berkekuatan 6 SR dan 4 SR yang terjadi sekitar pukul 14.00 WIB dan pukul 16.00 WIB.

Ia sempat melihat bapaknya keluar dari rumah dan berjalan menuju masjid yang kebetulan ada di seberang rumahnya.

Saat itulah gempa besar terjadi. Tanah yang ia pijak bergoyang, membuat dirinya pusing dan sempat terjerembab, telepon pintar digenggamannya pun terlempar. Saat itu tembok kanan dan kiri rumah mulai roboh, nyaris menimpanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby