Jakarta, Aktual.com – Aksi adu domba bukan saja menjadi realitas terkini dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Praktik ini telah dilakukan sejak berabad-abad lalu penjajah.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Zulkifli Hasan mengingatkan hal ini kepada ribuan santri di Pondok Pesantren Tarekat Idrisiyyah Tasikmalaya, Jawa Barat, pada beberapa waktu lalu.
Menurutnya, hukum alam masih berlaku di dunia ini. Karenanya, umat Islam harus berbenah diri agar tak “diterkam” oleh pihak lain melalui adu domba.
“Perpecahan membuat kita lemah, sehingga mudah dikalahkan. Sejarah telah memberikan pelajaran, penjajah Belanda bisa memadamkan aksi perlawanan para pejuang karena kita mau dipecah belah,” ujar Zulhas.
Seraya memupuk persatuan, jelasnya, para generasi muda muslim juga harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi lantaran dua hal tersebut merupakan kunci agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain di muka bumi.
“Saat ini SDM kita tertinggal jauh dibanding negara lain dan hanya berada pada urutan ke-62 di dunia. Butuh perjuangan keras agar bisa mensejajarkan diri dengan bangsa lain. Karena itu banyaklah belajar dan membaca buku,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Zulkifli kembali mengingatkan bahwa santri dan ulama selalu menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Pada 1905, sebelum lahirnya Budi Utomo, terlebih dahulu lahir Sarikat Islam. Kemudian, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, serta organisasi Islam lainnya.
Bahkan, sebelum lahirnya Pancasila pada 18 Agustus 1945, sudah disahkan dahulu naskah Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Namun, karena ada keberatan sejumlah tokoh Indonesia Timur, para ulama rela mengorbankan naskah Piagam Jakarta dan menerima Pancasila 18 Agustus, semata-mata agar proklamasi Kemerdekaan Indonesia bisa dipertahankan.
Sebagai informasi, Qini Nasional adalah even tarekat yang dilaksanakan setahun tiga kali, masing-masing pada bulan Maulid, Rajab, dan Zulhijjah.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyambung silaturahim antara Mursyid tarekat dengan murid agar para murid bisa terus mendapat bimbingan Islam. Ikut hadir dalam acara tersebut, Mursyid Tarekat Idrisiyyah Tasikmalaya, Syekh Muhammad Fathurahman.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan