Foto udara kerusakan akibat tsunami Selat Sunda di wilayah pesisir Pandeglang, Banten, Minggu (23/12/2018). BNPB menyatakan korban akibat tsunami yang terjadi Sabtu (22/12/2018) malam, mencapai 229 orang meninggal dunia, 408 orang hilang dan ratusan lainnya luka-luka. ANTARA FOTO/HO-Susi Air/foc.

Jakarta, aktual.com – Hingga Selasa (25/12), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data bahwa korban jiwa akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 429 orang.

BNPB juga mencatat hingga hari ketiga pascatsunami Selat Sunda, sebanyak 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi akibat tsunami pada Sabtu (22/12) malam tersebut.

Tsunami tersebut berdampak pada lima kabupaten, yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus di Provinsi Lampung.

Namun, penyebab dari tsunami itu sendiri masih menjadi hal yang banyak dikaji. Tsunami itu seakan datang tanpa adanya pertanda apapun, waluapun erupsi Gunung Anak Krakatau bisa dibilang menjadi alasan pemicu logis terdekat.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan analisis Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ada analisis awal, yaitu sebelum kejadian tsunami, letusan Gunung Anak Krakatau terjadi secara terus menerus sejak Juni 2018 dan berfluktuasi, namun tidak ada peningkatan intensitas yang signifikan.

Artikel ini ditulis oleh: