Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10/2018). Wiranto mengungkapkan, hingga saat ini sudah ada sedikitnya 18 negara yang telah menawarkan bantuannya kepada Indonesia untuk menangani korban gempa dan tsunami di Donggala dan Palu. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto meminta masyarakat untuk tidak terlalu meramaikan insiden teror bom molotov di kediaman dua komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Aksi teror bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja untuk menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, kata Wiranto, sehingga Pemerintah telah berupaya mengusut insiden tersebut.

“Jadi jangan kita ributkan, ada saja orang-orang setiap saat seperti itu. Kita (Pemerintah) tinggal mengusut, polisi sudah ‘nangkep’, sudah ada identifikasi manusianya siapa, kejar, tangkap, diproses latar belakangnya apa,” kata Wiranto usai mengikuti rapat terbatas rehabilitasi dan rekonstruksi bencana di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (9/1).

Wiranto mengatakan seluruh pihak harus dapat menjaga keamanan di Indonesia, khususnya dalam kurun waktu tiga bulan menjelang Pemilihan Umum 2019 pada April mendatang.

“Intinya kita tidak ingin menjelang Pemilu itu, kita kan kurang tiga bulan lagi, untuk membuat masyarakat resah, membuat masyarakat terancam. Itu dari mana pun, dari siapa pun, kita sedapat mungkin sudah dapat menangkalnya. Itu yang penting,” tambahnya.

Wiranto juga telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan deteksi dini dan analisa indikasi terkait potensi aksi teror yang bisa muncul, khususnya menjelang pesta demokrasi di Indonesia.

“Teror itu kan untuk membuat tidak aman, itu yang kita cegah. Oleh karena itu BNPT, kepolisian selalu melakukan deteksi dini, melakukan suatu analisa indikasi seperti itu,” ujarnya.

Teror bom molotov terjadi di kediaman Ketua KPK Agus Rahardjo di Bekasi, Jawa Barat dan Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif di Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi M Iqbal mengatakan pihaknya sedang memeriksa saksi dan rekaman kamera pengintai CCTV di dua rumah tersebut. Iqbal juga meminta masyarakat untuk tidak berasumsi selain menunggu hasil penelitian polisi.

“Mohon kejadian ini tidak di-framing macam-macam. Biarkan Polri mengungkap kasus ini,” katanya.

Iqbal mengatakan saksi di kediaman Laode mengaku ada bunyi dari bom molotov tersebut, sementara saksi di rumah Agus menyatakan tidak mendengar suara apa pun.

Sekitar pukul 05.30 WIB, sebuah botol berisi spiritus dan sumbu api tergeletak depan rumah Laode di Jalan Kalibata Selatan No.42C, RT01/RW03, Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Sementara itu, bom pipa ditemukan di kediaman Agus Raharjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Bekasi pada Rabu pukul 06.30 WIB.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin