Ribuan driver Gojek melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor PT Gojek Indonesia, Jakarta, Senin (3/10/2016). Dalam aksinya ribuan drevir Gojek mendesak untuk dihapuskan sistem performa (rating) karena menyusahkan para driver Gojek.

Jakarta, aktual.com – Ekonom senior Creco Consulting, Raden Pardede berpandangan masuknya kucuran investasi baru senilai USD1 miliar ke perusahaan transportasi berbasis online asal Indonesia, GOJEK tak akan mengubah wewenang manajemen lama dalam hal pengelolaan atau pengendali perusahaan.

Bertahannya status pengendali ini, kata Raden, dimungkinkan jika skema kuncuran investasi yang ditaksir mencapai Rp14 triliun itu menggunakan skema dual class shares.

“Contohnya Facebook. Hari ini Mark Zueckerberg memang hanya jadi pemegang (saham) minoritas, tapi nyatanya dia masih memiliki kendali penuh atas Facebook. Begitu juga dengan Snap Inc. saat penawaran saham perdana (IPO) yang tak memberi hak suara kepada saham publik,” terang Pardede kepada wartawan di Jakarta, Kamis (7/2).

Seperti diketahui, pada awal Februari ini Go-Jek diketahui akan mendapatkan suntikan dana mencapai US$ 1 miliar dari 3 investor global mencakup Google, JD.com dan Tencent, Kucuran investasi yang ditaksir Rp 14 triliun tersebut diketahui menggunakan skema pendanaan seri F.

Berangkat dari fakta tersebut, Pardede bilang, manajemen lama Gojek pun diyakini masih akan dipercaya mengelola sekaligus menjalankan roda bisnis perusahaan.

“Ini bukti pengakuan dan kepercayaan kepada manajemen lama untuk meneruskan sekaligus mengembangkan perusahaan ke depan. Kenapa? Karena manajemen Gojek lama sudah memahami karakteristik pasar dan strategi bisnisnya,” imbuh Padede.

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T. Lembong menilai masuknya investasi baru ke Gojek akan memberi dampak positif pada iklim investasi dan perekonomian Indonesia.

Sebab, kata Thomas, dengan masuknya investasi tadi ke perusahaan ‘start up’ nasional seperti Gojek akan menjadi stimulus terhadap keberadaan lapangan kerja baru yang dihasilkan dari model bisnis ekonomi digital yang belakangan semakin berkembang di Indonesia.

“Apalagi kebanyakan yang (terdampak positif) untuk pengusaha, pekerja muda dan teknologi lokal. Sejauh ini sih dampaknya sangat positif,” ujar Thomas.

Selain mendorong iklim investasi dan perekonomian Indonesia, Thomas menambahkan, masuknya investasi luar ke dalam negeri juga akan menjadi katalis positif terhadap upaya peningkatkan kinerja perusahaan. Ini karena perusahaan start up nasional seperti Gojek diketahui tengah gencar melaksanakan ekspansi ke luar negeri.

“Kalau sudah ngomong perusahaan raksasa digital seperti Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya, ya semakin banyak modal yang mengalir maka semakin baik. Karena pasar mereka bukan lokal saja, tapi regional dan global,” cetus Thomas.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin