Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menyampaikan sambutan saat membuka acara debat capres di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1). debat pertama dua calon presiden dan calon wakil presiden ini memaparkan visi dan misinya tentang isu penegakan hukum, korupsi, HAM dan terorisme. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menunggu solusi yang akan ditawarkan kedua calon presiden dalam menghadapi penurunan cadangan energi di Indonesia.

“Ini kita ingin dapat jawaban bagaimana kedua capres ini menyikapi dan bagaimana tawarannya menghadapi cadangan energi kita yang turun drastis,” katanya dalam jumpa pers pemanasan debat kedua capres di Jakarta, Kamis (14/2).

Menurut Faisal, cadangan minyak nasional terus turun drastis. Cadangan minyak masih berada di kisaran 11,6 miliar barel pada 1980. Namun, saat ini cadangan minyak nasional tinggal 3,2 miliar barel.

“Artinya kita menggasak minyak kita ini jauh lebih cepat dari usaha kita memperoleh cadangan baru,” ujarnya.

Dengan kondisi eksplorasi yang minim dan tidak adanya penemuan cadangan baru, Faisal memperkirakan cadangan minyak nasional akan habis pada 2026 berdasarkan hitungan reserved to production ratio.

“Jadi 2026 minyak kita habis kalau tidak ada penemuan baru dan kita tidak mendiversifikasi ke bahan bakar non fosil,” katanya.

Di sisi lain, meski Indonesia diklaim kaya akan batubara hingga gas bumi, Faisal menyebut cadangan keduanya tidaklah besar.

Cadangan gas nasional disebutnya hanya sebesar 1,4 persen dari cadangan dunia. Batubara yang kerap diekspor pun hanya 2,2 persen dari cadangan dunia.

“Tapi konsumsi energi kita naik terus tidak karuan. Dari kita tadinya surplus 1,3 juta barel, sekarang kita defisit 703 ribu barel. Sampai 2050 nanti kita merosot!,” tukasnya.

Faisal berharap pemerintah bisa memikirkan solusi untuk bisa menjaga cadangan sumber daya alam energi untuk generasi mendatang. Salah satu solusinya adanya tabungan berupa “oil fund” atau dana minyak seperti yang telah diterapkan di Timur Leste.

“Jadi tidak semua pendapatan sumber daya alam dihabiskan. Ada jatah buat generasi yang akan datang. Kita ini seperti kesurupan, habiskan sumber daya alam secepat mungkin sampai tidak peduli dengan hak generasi yang akan datang,” katanya.

Ide serupa juga disampaikan Direktur Program Indef Berly Martawardaya terkait perlunya dibentuk dana abadi energi.

“Dana ini diinvestasikan untuk mendorong kemandirian dan kedaulatan energi negara di masa depan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan