Jakarta, aktual.com – Direktur Utama  PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan bahwa pembangunan dan pengembangan jaringan distribusi gas bumi (jargas) melalui pipa untuk rumah tangga akan menjamin pangsa pasar Pertamina.

Menurut Nicke, pembangunan jargas selain menjadi bagian dari penugasan PT Pertamina melalui subholding PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PT Pertagas, juga menjamin pasar Pertamina dan mengurangi ketergantungan impor elpiji.

“Elpiji hari ini punya pesaing baru karena semua orang bisa impor elpiji dan didistribusikan dalam bentuk tabung, tetapi kalau punya infrastruktur jaringan gas, akan susah pesaing masuk. Kita bisa menjamin market share,” kata Nicke ditulis Rabu (20/3).

Saat ini pembangunan jaringan gas (jargas) oleh Pemerintah melalui pendanaan APBN hanya mampu menjangkau rata-rata 80.000 sambungan rumah (SR) per tahun.

Hingga akhir 2018, pembangunan jargas baru mencapai 325.773 sambungan rumah tangga (SR) yang tersebar di 45 wilayah kabupaten/kota. Sementara itu, Pemerintah sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan jargas bisa terpasang hingga 4,7 SR pada 2025.

Demi mengejar target tersebut, Pemerintah berharap adanya partisipasi dari BUMN maupun swasta untuk membangun jargas secara masif di luar pendanaan APBN.

Pemerintah pun telah menerbitkan Peraturan Presiden No.6/2019 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Gas bumi melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil untuk membantu badan usaha membangun jargas.

Perpres ini membuka peluang untuk badan usaha melakukan kerja sama dan mempermudah pembiayaan, salah satunya dengan melakukan Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).

Dengan skema KPBU ini, Pertamina menargetkan bisa membangun jargas untuk 200.000 SR per tahun mulai 2019, bahkan 700.000 SR dimulai dari 2021 hingga tercapai 4,7 juta SR pada 2025.

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penggunaan energi alternatif gas pipa melalui jaringan gas (jargas) mampu menghemat anggaran terhadap impor gas Elpiji sebanyak 2.831 ton atau senilai Rp18,08 miliar per bulan pada 2018.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin