Suasana latihan tiga negara Indonesia, Malaysia dan Filipina saat peluncuran patroli udara tiga negara di pangkalan udara subang, Malaysia, Kamis (12/10). Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, ketiga negara itu menentukan kebijakan yang dapat menjadi kesepakatan politik dalam menghadapi permasalahan kompleks di perairan Laut Sulu dan sekitarnya sejak awal 2016. AKTUAL/Kemenhan RI

Jakarta, Aktual.com – Pengajar Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Yandry Kurniawan mengatakan kebijakan pertahanan sekarang ini bukanlah semata-mata ekspansif atau bahkan agresif .

“Bukan ekspansif atau agresif, namun bagaimana Indonesia dapat memosisikan dalam tatanan global,” kata Yandry, Selasa (2/4)

Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara seharusnya tidak lagi membicarakan mengenai keutuhan wilayah dan separatisme, namun bagaimana memosisikan diri dalam pertahanan.

Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara seharusnya tidak lagi membicarakan tentang keutuhan wilayah dan separatisme melainkan harus lebih kuat memposisikan Indonesia dalam pertahanan, katanya pula.

Yandry berpendapat Indonesia saat ini sudah berada di jalan yang benar dalam pertahanan, sehingga pemerintah saat ini tinggal mengikuti dan mengembangkan pertahanan di jalur yang sama sejak 2004 lalu.

Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya untuk menjadikan TNI sebagai angkatan bersenjata yang layak (defense proper), ujarnya pula.

Yandry menyebutkan variabel anggaran yang menentukan pertahanan, sehingga anggaran pertahanan selalu menjadi variabel independen.

Artikel ini ditulis oleh: