Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, menyampaikan sambutan saat dialog nasional Kepemimpinan PKS Di Daerah dengan tema "20 Tahun PKS Melayani Dengan Hati dan Prestasi "Badan Pembinaan Kepala Daerah (BPKD) DPP PKS di Jakarta, Senin (14/5/18). AKTUAL/HO

Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan pesan fenomenal yang pernah dikatakan Bung Karno yakni ‘Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah’ atau Jasmerah harus disandingkan dengan ‘Jashijau’ atau jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama.

Sebab, relevansi dan keterkaitan antara Jasmerah dan Jashijau sangat kuat dan saling mengisi serta melengkapi, kata HNW dalam pemaparan Sosialisasi Empat Pilar MPR di hadapan sekitar 200 lebih peserta Kajian Fiqsos Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bertema ’69 Tahun Mosi Integral Mohammad Natsir, Kekuatan Politik Islam Pembentuk NKRI’, di Gedung DDII, Jakarta, Rabu (3/4).

Ia mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia terutama generasi milenial tentang peran besar umat Islam dan para ulama Indonesia dalam perjuangan serta proses terbentuknya NKRI.

Fakta sejarah tak bisa terabaikan bahwa ulama-ulama seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asya’ari dengan fatwa jihadnya melawan penjajah sampai Mohammad Natsir dengan Mosi Integralnya sehingga Indonesia yang semula berbentuk serikat atau RIS kembali menjadi NKRI hingga saat ini, sangat berperan penting dalam terbentuknya NKRI.

“Jangan sampai peran ulama dan umat Islam Indonesia yang sangat besar dalam terbentuknya NKRI tercederai dengan berbagai stereotipe keliru seperti radikalisme, anti Pancasila, terorisme dan lainnya. Masyarakat dan generasi milenial sangat perlu mempelajari sejarah bangsanya sendiri dengan benar,” katanya.

HNW mengatakan sangat penting untuk disampaikan, dimana sering terjadi berbagai pendegradasian peran Islam dalam NKRI hanya karena beberapa kejadian kecil yang mengarah ke perbuatan kriminal yang membawa-bawa nama Islam.

“Padahal dalam fakta sejarah Indonesia, peran dan kiprah serta sumbangan umat Islam Indonesia sangatlah besar sehingga terbentuk NKRI hingga kini. Jadi, tidaklah mungkin umat Islam Indonesia bertolak belakang dengan NKRI,” katanya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin