Komisioner KPU RI, Evi Novida Ginting Manik (kiri) dan Pramono Ubaid Tanthowi (kanan) menunjukan kotak suara bermaterial kardus dan transparan di Kantor KPU Pusat, di Jakarta, Jumat (14/12/2018). Pengadaan kotak suara bermaterial kardus itu mampu menghemat setengah anggaran dari pembelian kotak suara transparan bermaterial plastik yang akan digunakan dalam Pemilu serentak pada tahun 2019. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengemukakan besarnya anggaran yang telah dikucurkan pemerintah untuk penyelenggaraan Pemilu 2019 seharusnya bisa ikut membantu mendorong pertumbuhan, tetapi ternyata hasilnya tak optimal.

“Anggaran Rp25 triliun untuk pemilu belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan. Padahal, pemilu awalnya diharapkan dapat mendorong sektor konsumsi karena sektor investasi bisa dikatakan belum cukup berani bertindak untuk investasi karena menunggu hasil pemilu,” kata Assyifa Szami Ilman, Sabtu (11/5).

Menurut dia, capaian pertumbuhan yang sudah ada saat ini juga kembali membutuhkan diskusi lebih lanjut dari berbagai pihak terkait. Hal tersebut karena faktor pendorong konsumsi yang tersisa sepanjang tahun ini bisa dikatakan hanyalah Ramadan dan Lebaran, dan mungkin juga Natal dan Tahun Baru.

“Kedua momentum ini bisa dirasa belum cukup untuk menjaga pertumbuhan perekonomian di kuartal-kuartal selanjutnya dimana pertumbuhan ekonomi di periode tersebut harus mencapai rata-rata 5,4 persen. Sehingga, perlu cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Ia berpendapat salah satu cara untuk mendorong konsumsi adalah dengan menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi oleh sektor konsumsi untuk bisa tumbuh.

Sebagaimana diwartakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan pentingnya penguatan pondasi sektor ekspor nasional untuk mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi pada 2019.

Artikel ini ditulis oleh: