Jakarta, Aktual.co — Perusahaan BUMN batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membagikan dividen tunai sebesar Rp705,7 miliar atau setara dengan 35 persen dari total laba bersih perseroan sebesar Rp2,02 triliun untuk tahun buku 2014.
“Dividen sebesar 35 persen dari laba bersih 2014. Perolehan laba bersih itu lebih tinggi 10 persen dibandingkan pencapaian pada 2013 yang sebesar Rp1,83 triliun,” ujar Direktur Utama PTBA Milawarma di Jakarta, Senin (30/3).
Ia mengemukakan bahwa peningkatan laba perseroan itu merupakan hasil penjualan batu bara sebesar 17,96 juta ton, yang terdiri dari pasokan untuk pasar domestik sebesar 9,59 juta ton atau 52 persen dari total penjualan. Sedangkan ekspor tercatat sebesar 8,66 juta ton atau 48 persen dari total penjualan.
Ia menambahkan bahwa volume penjualan batu bara itu merupakan kontribusi dari produksi dan pembelian batu bara dari pihak ketiga sebesar 18,17 juta ton, dengan rincian produksi unit pertambangan Tanjung Enim sebesar 15,50 juta ton, produksi anak perusahaan PT International Prima Coal sebesar 0,85 juta ton, dan pembelian batu bara dari pihak ketiga oleh anak perusahaan Bukit Asam Prima sebesar 1,80 juta ton.
“Pada 2015 ini, PTBA merencanakan volume penjualan sebesar 24 juta ton atau 33 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian juga dengan volume produksi dan pembelian batu bara dari pihak ketiga direncanakan sebesar 23,70 juta ton atau meningkat 30 persen dari 2014,” katanya.
Untuk mendukung target perseroan, Milawarma mengatakan bahwa pihaknya menganggarkan dana belanja modal (capex) sebesar Rp5 trilliun pada 2015 ini yang akan dipergunakan sebagai modal pengembangan usaha dan rutinitas perseroan yang selama ini sudah dilakukan.
Sementara itu terkait menurunnya harga batu bara dunia, Milawarma mengatakan bahwa pihaknya menyiasati dengan memaksimalkan penggunaan listtik, menurunkan jarak angkut, membangun pelabuhan yang bisa disandari kapal berkapasitas 200.000 ton atau tiga kali lipat dari normal sehingga biaya transportasi bisa lebih murah.
“Penurunan harga batu bara sudah berlangsung sejak beberapatahun lalu. Pada 2013, harga batu bara turun 10 persen, dan 2014 turun 20 persen. Penurunan harga itu kami siasati dengan menurunkan biaya energi dengan memaksimalkan penggunaan listrik, mengendalikan ‘striving ratio’, membangun pelabihan, menurunkan jarak angkut sehingga biaya transportasi PTBA ke negara ekspor bisa lebih murah. Selisihnya masuk ke ‘premium price’ kita,” papar Milawarma.
Strategi itu, menurut dia, perseroan secara taktis melakukan investasi jangka menengah dan panjang yang akan memberikan dampak positif bagi perseroan. Situasi itu akan membuat profitabilitas PTBA di atas rata-rata perusahaan batu bara sejenis, baik di Indonesia maupun di Asia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















