Jakarta, aktual.com – Menghadapi tantangan ke depan dalam penyediaan energi bersih yang berkelanjutan serta dalam upaya memperluas pemanfaatan gas bumi ke seluruh wilayah di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur gas bumi nasional, PGN siap menjalankan peran Sub Holding Gas sebagai kepanjangan tangan pemerintah dan masyarakat untuk akses energi gas bumi yang lebih terjangkau, ramah lingkungan dan kompetitif.
“PGN akan mengelola rantai bisnis midstream dan downstream secara terintegrasi, baik optimasi pasokan, infrastruktur, serta pengelolaan pasar di seluruh wilayah Indonesia sehingga akan meningkatkan kehandalan penyaluran gas bumi, serta penyediaan gas dengan harga yang kompetitif dengan tetap memperhatikan keberlangsungan usaha penyediaan gas bumi,” ungkap Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN dalam acara Ngopi BUMN, di Gedung Sinergi 8 Komplek Kementerian BUMN, melalui siaran persnya di Jakarta, Kamis (8/8).
Saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan kemandirian energi nasional. Dengan semakin membengkaknya subsidi energi. Tercatat pada tahun 2019 subsidi energi yang digelontorkan lebih kurang Rp100 Triliun untuk BBM maupun LPG. Kembali publik diingatkan akan rencana bauran energi yang sudah digagas dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dimana ditargetkan konsumsi minyak bumi seharusnya semakin menurun menjadi 23 % ditahun 2025 dibanding ditahun 2017 yang masih tercatat sebesar 42 %.
Sejalan dengan makin besarnya subsidi energi dikarenakan pertumbuhan permintaan energi yang semakin besar, impor migas menjadi salah satu solusi saat ini dengan semakin menurunnya cadangan minyak di Indonesia. Namun dengan makin meningkatnya pertumbuhan permintaan BBM, disisi lain isu lingkungan juga menyeruak beberapa waktu ini di kalangan masyarakat ibukota. Gas bumi adalah salah satu jawaban untuk mengurai permasalahan ini.
Saat ini utilisasi gas bumi juga membutuhkan akselerasi dan kerjasama seluruh stakeholder untuk bisa menopang kemandirian energi yang diharapkan dapat mencapai 22% ditahun 2025. Berdasarkan data realisasi penyaluran gas untuk domestik yang diambil dari laporan tahunan SKK Migas tahun 2018, dari total kontrak penjualan sebesar 1.948 bbtud, realisasi pemanfaatan gas bumi oleh industri domestik hanya sebesar 1.698 bbtud atau berkisar 87% dari total kontrak penjualan. Hal ini diakibatkan salah satunya adalah karena keterbatasan ketersediaan infrastruktur gas bumi yang dapat di akses oleh pengguna gas bumi sektor industri.
Saat ini negara telah hadir melalui berbagai perubahan fundamental dalam tata kelola industri gas bumi domestik. Seperti dilarangnya penjualan niaga secara bertingkat. Kewajiban bagi badan usaha penerima alokasi untuk memiliki dan mengembangkan infrastruktur. Implementasi Wilayah Jaringan Distribusi dan eksklusifitas Wilayah Niaga Tertentu dan sub Wilayah Niaga Tertentu serta pengaturan harga gas bumi untuk industri dan pembangkitan listrik yang ditetapkan oleh Menteri ESDM.
Perubahan fundamental tersebut bertujuan untuk memberikan kemampuan kepada badan usaha dalam mengembangkan infrastruktur gas bumi ke wilayah-wilayah baru sesuai visi pemerintah untuk memberikan keadilan akses energi ke seluruh wilayah di Indonesia secara berkelanjutan.
“Diharapkan dengan meningkatnya pemanfaatan gas bumi akan memangkas defisit realisasi pemanfaatan gas domestik yang ujungnya akan memberikan dampak signifikan terhadap ketergantungan impor migas dan multiplier effect dari pemanfaatan gas bumi di seluruh sektor, dari kelistrikan, industri, UMKM, transportasi dan rumah tangga,” imbuh Gigih.
Dengan portofolio Sub Holding Gas di bidang infrastruktur sepanjang lebih dari 9.900 km dan pengelolaan pipa jaringan gas rumah tangga sepanjang lebih dari 3.800 km, juga portofolio pengelolaan niaga gas bumi sebesar 919 BBTUD dengan jumlah pelanggan lebih dari 230 ribu, PGN sebagai Sub Holding Gas mempunyai pondasi kokoh untuk melanjutkan pengembangan infrastruktur sepanjang kurang lebih 565 km di tahun 2019 baik pipa transmisi dan distribusi termasuk upaya terobosan dalam menjaga realibilitas pasokan melalui moda transportasi gas bumi berbasis LNG di Jawa Timur, Jawa Barat dan Lampung.
Terobosan lain untuk akselerasi pemanfaatan gas bumi adalah sinergi dengan holding migas dalam melayani kebutuhan energi bagi kilang, pemanfaatan gas bumi untuk program konversi BBM ke BBG di sektor transportasi dan program 4,7 juta pelanggan rumah tangga.
“Sebagai subholding gas, PGN bersama-sama dengan Pertamina sebagai holding BUMN Migas akan selalu menjadi mitra Pemerintah dan tools strategic negara untuk mencapai target-target pembangunan infrastruktur dan peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik,” pungkas Gigih.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin