Jakarta, Aktual.co — Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen TNI Indra Hidayat mengatakan, akar masalah daerah rawan konflik di Maluku dan Maluku Utara setidaknya memiliki sumber utama baik eksternal maupun internal. Secara internal tinjauan konflik berasal dari kondisi kehidupan masyarakat sehari-hari pasca konflik yang sudah terkotak-kotak menurut kelompok, golongan dan kepercayaan masing-masing.
Di samping faktor stabilitas emosional yang mudah disulut akibat pengaruh minuman keras dan narkoba yang diperparah dengan penyakit masyarakat, seperti perjudian, penyelundupan, perkelahian antarkampung bahkan terorisme berbasis agama dengan instrumen teror berupa bom rakitan.
Faktor eksternal yang ikut berpengaruh antara lain adanya pihak yang berkepentingan untuk tetap melanggengkan konflik komunal sehingga sumber daya alam yang ada di Maluku dan Maluku Utara tidak bisa dikelola dengan baik.
Selain itu, kata Mayjen Indra, masuknya pengaruh gerakan Islam radikal yang berafiliasi dengan ISIS dan berbagai organisasi terorisme lainnya yang dengan sengaja menjadikan tanah Maluku sebagai daerah latihan persiapan sebelum mereka melaksanakan operasi sebenarnya baik di Moro, Filipina Selatan maupun bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak.
Selain faktor ancaman yang sangat kompleks, disadari juga kondisi daerah operasi di kawasan kepulauan dengan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang sangat terbatas juga memainkan peran dominan. Sinyal yang susah, ongkos transportasi laut yang mahal dan harga sembako yang tinggi merupakan salah satu aspek non tempur yang berpengaruh dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
“Saya minta seluruh prajurit untuk berpikir kreatif dan mendukung Binter selama operasi sehingga akan memudahkan dalam melaksanakan tugas pokok selama berada di tengah masyarakat,” ujar Mayjen Indra, Jum’at (27/3).
Artikel ini ditulis oleh:

















