Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Presiden Joko Widodo akan mengikuti sidang tahunan dan menyampaikan pidato kenegaraan di hadapan para anggota DPR.  AKTUAL/HO

Dikisahkan dalam Al Qur’an Surat Yusuf ayat 43 ; “Dan Raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus ; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”

Para menteri, para ahli dan kelompok-kelompok yang dianggap berilmu yang ada disekeliling Raja, ketika sang Raja menceritakan tentang mimpi itu, tidak ada satupun yang memiliki kemampuan untuk menakwilkannya.

“Mereka menjawab, “(itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kami tidak mampu menakwilkan mimpi itu.” (QS. Yusuf : 44).

Namun ada satu orang pelayan atau petugas yang biasa menuangkan air di sekitar Raja, yang kebetulan dia adalah teman Nabi Yusuf as ketika berada di dalam sel penjara. Mendengar Raja menyampaikan tentang mimpinya, maka teringatlah ia dengan wasiat Nabi Yusuf yang sudah beberapa tahun lamanya, ketika mereka masih bersama-sama di dalam penjara.

“Dan dia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Maka setan menjadikan dia lupa untuk menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya. (QS. Yusuf: 42)

Teringat dengan wasiat tersebut, kemudian orang tersebut pun berkata kepada sang raja bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf yang ahli di bidang tafsir mimpi. Dan dia meminta izin untuk datang kepada Yusuf.

“…,”Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (QS. Yusuf : 45)

Lalu orang itu pun menemui Yusuf dan bertanya perihal mimpi sang raja.

“Yusuf wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.” (QS. Yusuf : 46)

Lalu Yusuf pun menafsirkan mimpi itu, ia menerangkan bahwa tujuh sapi gemuk dan tujuh bulir gandum hijau adalah tahun-tahun subur yang banyak mendatangkan kebaikan, kesuburan dan kemakmuran di muka bumi yang akan membuat manusia bahagia. Sedangkan tujuh sapi kurus dan tujuh bulir gandum kering ditafsirkan sebagai musim paceklik dan kekeringan selama tujuh tahun sebagai pengganti dari tujuh tahun yang baik. Saat itu kemelaratan dan kesengsaraan meluas. Setelah itu Allah akan mendatangkan kebaikan dan kenikmatan setelah sebelumnya mereka tertimpa kemelaratan dan kesengsaraan.

Kemudian Yusuf pun berwasiat kepada utusan raja tersebut, agar pemerintah membuat rencana kerja yang bisa mengatasi musim paceklik dan kekeringan selama 7 tahun itu.

“Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” QS. Yusuf : 47-49)

Nasihat ekonomi dari Nabi Yusuf ini, mengandung rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang, yang memiliki tujuan untuk kemaslahatan umat manusia. Rencana program ekonomi Yusuf as ini sangat terkait dengan keseimbangan produksi (di dalamnya terkait ritme bercocok tanam dan panen), pembatasan atau penghematan konsumsi, pengaturan penyimpanan (tabungan) menghadapi masa paceklik, hingga datang masa subur.

Apa yang telah dinasihatkan oleh Yusuf ini, akan selalu relevan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam soal perencanaan perekonomian. Baik pada level pemerintahan maupun pada level struktur organisasi terkecil seperti keluarga. Sebab didalamnya mengandung kecermatan dalam pengaturan harta, pengelolaan sumber daya, penyimpanan, dan konsumsi.

Terlebih lagi, dunia hari ini sedang dibayangi oleh kecemasan bahwa dalam kurun waktu yang tak lama lagi, akan datang resesi global. Dahlan Iskan melalui artikelnya berjudul Pertanda Resesi, yang ditulis pada tanggal 21 Agustus lalu, cukup menjelaskan tentang alasan mengapa kita perlu waspada dengan kemungkinan resesi global. Yang mana kata para ahli ekonomi (sebagaimana yang diterangkan dalam artikel tersebut), bahwa resesi kemungkinan terjadi pada kurun waktu antara 6-14 bulan ke depan.

Walaupun beberapa pakar ekonomi nasional memiliki pendapat bahwa resesi masih jauh dan Indonesia akan aman dari resesi. Karena pertumbuhan ekonomi nasional masih di atas 5%. Namun walaupun begitu, kita tetap harus waspada, mengingat beberapa negara tetangga di Asia, telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif pada satu tahun terakhir ini. Dan mengingat situasi politik nasional yang sampai hari ini masih belum bisa kita katakan stabil. Kekisruhan di Papua, wacana pemindahan ibu kota, pergantian legislatif, dan lain-lain.

Kita tentu berharap, agar Indonesia akan tetap aman dari resesi. Sebab resesi tentu sangat berdampak negatif bagi kelangsungan negara dan kekehidupan masyarakatnya. Daya beli melemah, gelombang PHK akan menguat, kriminalitas tentu akan semakin marak, dan kesengsaraan akan tumbuh dimana-mana. Berbahaya bagi kehidupan semua warga negara.

Oleh karenanya, sangat penting bagi kita untuk bersama-sama merenungi nasehat ekonomi dari Nabi Yusuf yang sudah tertulis diatas. Pada level pemerintah, harus lebih hati-hati dalam berwacana maupun dalam membuat kebijakan. Pastikan semua kebijakan telah melalui kajian mendalam yang melibatkan semua unsur terkait, khususnya masyarakat. Penuh filosofi, mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan kebangsaan. Berdiri diatas akar sejarah yang kuat, matang dalam perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Sehingga tidak berdampak pada kekacauan negara dan penderitaan rakyat.

Sedangkan pada level keluarga maupun diri sendiri, pastikan memiliki perencanaan dan persiapan dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, khususnya dalam soal resesi ini. Atur secara cermat kebutuhan konsumsi dan perbanyak menyiapkan hal-hal yang produktif. Khususnya bagi warga yang hidup di perkotaan. Sebab yang paling cepat merasakan dampak dari semua kekacauan ekonomi adalah warga perkotaan. Kehidupan kita di perkotaan sangat tergantung pada banyak hal. Khususnya dalam soal pekerjaan dan bahan makanan. Berbeda dengan warga yang hidup di wilayah pedesaan, mereka dekat dengan alam. Banyak lahan yang bisa dijadikan tempat bercocok tanam bersama. Dan banyak sumber-sumber mata air alami yang bisa mereka dapatkan. Secara standar kebutuhan manusia, orang-orang di desa tentu akan lebih survive dikala negara dilanda resesi.

Namun satu hal yang jauh lebih penting dari semuanya, adalah kita harus senantiasa tawakal kepada Allah SWT. Senantiasa berharap agar berlimpah nikmat dan senantiasa diberikan kemudahan serta kekuatan dikala mendapat ujian berupa kesulitan.

Jakarta, 27 Agustus 2019

(Persiapan menghadapi resesi global dan kemungkinan salah hitung dari pemerintah)

Oleh : Setiyono

Daftar bacaan :

1. Tafsir Ibnu Katsir
2. Warisan emas sang muhajir besar. Hasan Fath Al Bab. Restu Ilahi, Jakarta 2004
3. Dan beberapa artikel tentang resesi di beberapa media massa

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan