Jakarta, Aktual.co — Pelajaran budi pekerti itu mengerikan. Ketika pelajaran budi pekerti diberikan di pemerintahan zaman Firaun, misalnya, bisa dibayangkan seperti apa hasil pendidikan budi pekerti di bawah kekuasaan Firaun itu. Demikian dinyatakan oleh penyair Agus R. Sarjono dalam acara bedah buku antologi puisi-esai berjudul “Mereka yang Takluk di Hadapan Korupsi” karya Satrio Arismunandar di Depok, Kamis (26/3). Dua pembicara lain adalah dosen sastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Dr. Manneke Budiman dan mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua.
Pembahasan tentang pelajaran budi pekerti itu muncul, karena terkait dengan upaya pemberantasan korupsi lewat sarana pendidikan. Budi pekerti yang baik dianggap bisa menangkal korupsi. Pendidikan itu sendiri merupakan bagian dari pendekatan budaya. Agus, yang juga Pemimpin Umum “Jurnal Sajak,” mengingatkan adanya ironi dalam pendidikan budi pekerti. Di sekolah, siswa diajari tentang budi pekerti yang baik. Namun sepulang sekolah, di televisi mereka melihat berbagai perilaku pejabat yang sama sekali tidak menunjukkan budi pekerti yang baik. Maka, menurut Agus, daripada mengedepankan pendidikan budi pekerti, seharusnya yang diajarkan adalah penggunaan akal sehat. Penggunaan akal sehat sudah cukup untuk menangkal perilaku korup.
Artikel ini ditulis oleh:

















