Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan berpotensi melemah seiring pelemahan mata uang kuat Asia.
“Pagi ini mata uang kuat Asia yen dan dolar Hong Kong dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini setelah beberapa hari terakhir menguat,” kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin (4/11).
Dari domestik, inflasi Oktober 2019 tercatat 0,02 persen (mom) atau 3,13 perseen (yoy). Secara kumulatif, dari Januari sampai Oktober tercatat 2,22 persen (ytd).
“Tersisa dua bulan hingga akhir tahun 2019, tampaknya infasi masih terjaga di bawah 3,3 persen walaupun pada dua bulan terakhir biasanya inflasi cukup tinggi,” ujar Lana.
Dari eksternal, Arab Saudi mensinyalkan untuk menyetujui penawaran saham ke publik (IPO) Aramco.
Kemungkinan Aramco akan menjual 1-2 persen sahamnya kepada publik dengan nilai 20 miliar dolar AS sampai 40 miliar dolar AS. Per September, penerimaan bersih Aramco mencapai 68 miliar dolar AS.
“IPO ini bisa membuat harga minyak mentah naik,” kata Lana.
Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.040 per dolar AS hingga Rp14.060 per dolar AS.
Pada pukul 9.58 WIB, rupiah sendiri masih menguat 31 poin atau 0,22 persen menjadi Rp14.008 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.039 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.002 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.066 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh: