Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum PPP M Romhurmuziy mengatakan perolehan suara PPP di daerah dalam Pemilu 2014 harus dicermati, apakah karena faktor partai atau faktor pemimpin partai. 
Menurut dia, perolehan suara partai tidak otomatis mencerminkan elektabilitas ketua partai.
“Kalau ketua partai elektabilitasnya tinggi, maka dia bisa menyeret perolehan suara partai, sehingga harus sering tampil. Tapi, kalau elektabilitas ketua di bawah partai, sebaiknya tidak tampil,” katanya di Bengkulu, Senin (23/3) malam.
Ia pun lantas menyinggung peristiwa politik di internal PPP menjelang Pemilu Presiden 2014. Menurut dia, saat itu Ketua Umum PPP Suryadharma Ali ingin maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.
Keinginan Suryadharma Ali (SDA) maju sebagai capres atau cawapres, menurut Romi, menimbulkan pembelahan suara di internal PPP. Sebagian mendukung, sebagian yang lain kurang setuju.
Namun, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Munas PPP di Bandung, Jawa Barat, memutuskan tujuh nama calon presiden dan wakil presiden, termasuk Joko Widodo (Jokowi), Prabowo Subianto, dan Suryadharma Ali.
“Jadi, Pak SDA tidak menjadi calon tunggal dari PPP,” kata Romi.
Sikap elit PPP kembali terbelah ketika SDA memaksakan untuk mendukung Prabowo yang saat itu elektabilitasnya sedikit di bawah Jokowi, walau akhirnya secara resmi mendukung Prabowo-Hatta.
Namun, setelah jagonya kalah, menurut Romi, mau tidak mau PPP harus meninjau ulang orientasi politiknya.
“Karena tidak ada partai yang didesain untuk kalah,” katanya seraya menambahkan bahwa Ketua Majelis Syariah KH Maimun Zubair pun sepakat PPP harus melakukan reorientasi politik.
Apalagi, lanjut Romi, setelah upaya Koalisi Merah Putih (KMP) untuk menguasai kepemimpinan daerah, setelah gagal di Pilpres, melalui Pilkada via DPRD pupus akibat Perppu yang dikeluarkan Presiden SBY yang mengembalikan Pilkada secara langsung.

Artikel ini ditulis oleh: