Banjarmasin, aktual.com – Kementerian Agama Kota Banjarmasin menyampaikan jumlah majelis ta’lim termasuk pengajian di ibukota provinsi Kalimantan Selatan ini mencapai 1.000 titik.
Menurut Kasi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kemenag Kota Banjarmasin H Ahmad Syahrani di Banjarmasin, Jumat, jumlah jamaah bervariasi, dari yang beranggotakan ribuan orang hingga 20 dan 5 orang.
“Kalau majelis ta’lim itu biasanya jamaahnya di atas 20 orang, sedangkan pengajian tradisional, kita menyebutnya 10 sampai 5 orang,” katanya.
Syahrani mengatakan, Kemenag memang sudah melakukan pendataan terhadap keberadaan majelis ta’lim dan pengajian di lima kecamatan dan 52 kelurahan, sehingga dapat di awasi.
“Tujuannya untuk mencegah agar jangan sampai ada yang menganut ajaran sesat,” ujarnya.
Karena bercermin pada 2018 lalu, kata Syahrani, sempat ditemukan pengajian aliran sesat di Kecamatan Banjarmasin Selatan dan terbukti menganut ajaran yang bertentangan dengan syariat Islam.
“Dulu tahun 2018, pengajian semacam ini sempat ditemukan. Mereka nggak shalat lagi. Terus orang shalat Jum’at, mereka malah pengajian. Ini kan jelas sekali nggak sesuai syariat,” katanya.
Pengajian itu akhirnya dibubarkan setelah dilakukan penindakan, sedang pemimpinnya sudah bertobat dan berjanji tak lagi mengajarkannya.
“Saat ini tak ada lagi. Ketika disurvei, sudah tak ada lagi. Orangnya sudah pindah domisili ke luar daerah,” tuturnya.
Syahrani mengungkapkan aliran sesat tersebut diajarkan melalui pengajian tradisional. Dia menilai pengajian tradisional memang rawan menyimpang. Sebab, pengajian itu cenderung tak memiliki kitab sebagai pegangan.
“Yang rawan itu pengajian tradisional. Karena mereka kebanyakan tak memakai kitab. Duduk sambil berbincang-bincang saja. Beda halnya dengan majelis taklim,” katanya.
Untuk menghindari munculnya ajaran sesat, pihaknya juga selalu melakukan pengawasan serta penyuluhan kepada masyarakat. Tercatat hingga saat ini petugas penyuluh yang ada di Kemenag Kota Banjarmasin berjumlah 28 orang.
“Kemudian kita baru saja merekrut 122 orang non PNS. Merekalah yang bertugas mengawasi,” ujarnya.
Dia menyebutkan di ibukota provinsi Kalsel ini terdapat 208 mesjid dan sekitar 800 Mushola, sebagian besar aktif menggelar majelis ta’lim dan pengajian.
“Untungnya di daerah kita ini banyak ulama, sehingga paham radikal sulit menyebar,” ujarnya. (Eko Priyanto)
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin