Jakarta, aktual.com – Sekretaris Perusahaan PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Rachmat Hutama, menegaskan, sejak tahun 2013 PGN tidak pernah menaikkan harga gas kepada pelanggan industri. Meski demikian, PGN mengaku tidak akan membebani APBN untuk meminta subsidi.

“PGN juga berkomitmen untuk tidak membebani keuangan negara yang terwujud dengan kegiatan bisnis hilir yang dilakoni PGN adalah kegiatan bisnis migas bebas subsidi,” ujar Rachmat, dalam siaran persnya di Jakarta, ditulis Kamis (26/12).

Rachmat mengungkapkan, biaya operasional dan kurs dolar AS terus meningkat dan juag terdapat beberapa hal terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang juga terus meningkat, seperti inflasi dan Upah Minimum Regional (UMR), sehingga konsekuensi dari tidak menaikkan dan menerima subsidi negara, PGN memiliki keterbatasan untuk mengembangkan infrastrukturnya untuk mensuplai gas bumi kepada pelanggan.

“Dengan beban biaya yang terus meningkat, tentunya ruang bagi PGN untuk mengembangkan infrastruktur gas bumi menjadi makin terbatas dikarenakan sebagian besar pembangunannya adalah menggunakan dana internal. Sementara banyak sentra-sentra industri baru, seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan di Kawasan – Kawasan ekonomi baru banyak yang belum terjamah gas bumi,” tegas Rachmat.

Hingga saat ini, ungkap Rachmat, sebagai subholding gas bumi, PGN telah membangun jaringan gas hingga lebih dari 10 ribu kilometer. Panjang pipa gas PGN ini hampir dua sampai empat kali lipat dibandingkan jaringan gas di wilayah Asia Tenggara.

Menurut Rachmat, semakin panjang jaringan pipa yang dikelola oleh suatu badan usaha, maka biaya pengelolaan dan perawatannya menjadi besar. Setiap tahun, biaya komponen itu juga terus naik.

“Rencana penyesuaian harga gas yang akan dilakukan oleh PGN, juga sudah dikaji secara matang dengan memperhitungkan banyak aspek, termasuk dari sisi kemampuan konsumen industri sendiri,” katanya.

Sebagai pionir pemanfaatan gas dan pembangunan infrastruktur gas bumi, PGN selama ini juga telah mengambil banyak risiko, seperti pasokan maupun pasar yang cenderung fluktuatif dan tidak pasti. Untuk memitigasinya, PGN sebagai agregator, untuk memastikan ketersediaan gas, PGN juga telah membangun terminal LNG di beberapa lokasi untuk meregasifikasi LNG yang berasal dari berbagai sumber.

“Pengembangan infrastruktur gas bumi juga akan diarahkan untuk mendukung program pemerintah, khususnya di bidang industri untuk menunjang pengembangan kawasan-kawasan industri sesuai dengan road map nasional,” ungkapnya.

Pengembangan industri hilir ke depan tentunya akan menaruh prioritas pada keberlangsung investasi hilir gas bumi serta mempertimbangkan daya beli industri nasional. Hal ini sejalan dengan paradigma Pemerintah yang menempatkan gas bumi dapat menjadi driver pertumbuhan ekonomi.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin