Jakarta, Aktual.co —  Setelah mengetahui anak lelakinya yang berusia tujuh tahun dan anak perempuan yang berusia 10 tahun tewas, akibat serangan udara pesawat tempur rezim Bashar Al-Assad.

Sejak saat itu, Guevara perempuan asal Palestina, memutuskan diri berhenti mengajar bahasa Inggris dan memilih menjalankan profesinya sebagai penembak jitu (Sniper).

Guna melengkapi perbekalannya di medan tempur, senapan FN buatan Belgia menjadi andalannya untuk melumpuhkan musuhnya pendukung rezim pemerintahan Assad.

“Aku menyukai peperangan. Ketika menyaksikan salah satu temanku di Katiba (Divisi pemberontak, red) tewas. Di situ aku merasa harus memegang senjata dan ingin membalas dendam,” kata wanita berusia 36 tahun tersebut.

Sementara itu, The Telegraph melaporkan, walaupun mengenakan seragam tempur dengan sepatu bot kulit Guevara tetap terlihat cantik. Apalagi, sisi feminin-nya tetap terpancar. Bahkan kaum Adam ketika melihatnya memanggul senjata melawan pemerintah amat menghormatinya.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang sniper. Tak mudah bagi Guevara melakukannya. Sebab selain harus cepat, cermat dan cerdas tahan terhadap situasi dan kondisi. Saat menjalankan tugasnya itu, dirinya juga dituntut untuk tidak membiarkan musuh menembak terlebih dahulu.

“Kesabaran menjadi hal utama menjadi seorang sniper. Saya pernah menunggu berjam-jam pada suatu waktu, ” terangnya.

Perempuan asal Palestina yang pernah kuliah di Aleppo University itu mahir menggunakan pistol dan beroperasi dalam perang setelah mengikuti kamp pelatihan militer di Lebanon yang dijalankan oleh faksi Militan Palestina, Hamas.

Untuk diketahui, perpisahan dalam kehidupan rumah tangga dengan suami pertamanya pun terjadi. Guevara beralasan perpisahan itu terjadi karena suami pertamanya itu dianggap tidak cukup ‘revolusioner’.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk menikah lagi dengan komandan brigade milisi. Semula, suami kedua Guevara pun menolak untuk mengizinkan Guevara bertempur di garis depan. Izin bertempur didapatnya setelah ia mengancam akan meninggalkannya.

“Aku punya kekuatan untuk memegang senjata, jadi mengapa aku tidak boleh bertempur?.”

“Suaminya pun takluk dan mengajarinya seni menembak jitu, ” tandas Guevara.

Artikel ini ditulis oleh: