Jakarta, aktual.com – Ulama kharismatik dan paling berpengaruh di Turki, Fethullah Gulen, menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan akan berakhir dengan buruk. Erdogan yang membatasi kebebasan berpendapat warganya akan jatuh seperti yang dialami pemimpin Nazi Adolf Hitler atau Josep Stalin di Rusia.

“Akhir dari semua tiran narsis sudah selesai, seperti Hitler atau Stalin. Erdogan akan mengalami nasib yang sama,” ujar Gulen seperti dikutip media utama Jerman, Die Welt, Rabu (29/1).

Fethullah Gülen, yang menetap di Amerika Serikat menyebutkan, Pemimpin AKP dan juga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, akan mengalami nasib yang sama seperti rezim-rezim itu.

Ulama berusia 78 tahun ini lantas menggambarkan kebijakan Erdogan didasari atas kecemburuan, kebencian dan balas dendam. Paranoia itu yang saat ini memandu berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah Turki.

“Bahkan orang-orang yang namanya sama dengan keluarga saya dipenjarakan,” ujarnya, menjawab pertanyaan wartawan Alain Jourdain, yang menanyakan “Mengapa Erdogan sangat membencinya? padahal Gulen pernah menjadi sekutunya.

Gulen juga mengkritik keras kebijakan Timur Tengah yang saat ini diambil Ankara. Menurutnya, apa yang dilakukan rezim Erdogan saat ini, untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin baru dunia Islam, namun itu dinilai akan gagal karena kontradiktif.

“Dia ingin mencitrakan diri untuk menjadi pemimpin baru dunia Muslim, tetapi dia akan gagal karena politiknya yang kontradiktif. Misalnya, dia mendukung perkembangan yang menciptakan konflik di antara Muslim Sunni Timur Tengah di Libya,” sambungnya.

Gulen juga menerangkan adanya perbedaan cara pandang dunia antara dirinya dengan Erdogan. Misalnya, terkait masalah Kurdi, ketika mantan Presiden Turgut Ozal menjadi perdana menteri, ia menyelesaikan sebagian masalah ini dengan memasukkan orang Kurdi, sosial demokrat, dan menteri dari berbagai sektor politik.

“Saya pikir lebih banyak kebebasan harus diberikan dan bahwa pembebasan orang Kurdi di sekolah adalah benar. Ini membutuhkan kondisi yang lebih terkelola. Jika suatu hari nanti akan ada reformasi, saya akan menyarankan mengambil Konstitusi AS, yang memberi warga lebih banyak kebebasan,” lanjutnya.

Kebijakan Turki di Suriah juga mendapat dikritiknya. Dukungan Turki atas konflik di Suriah, telah menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa dan jutaan lainnya mengungsi dari kediamannya.

“Salah satu mantan menterinya bertanya kepada saya apa jalan keluar dari krisis Suriah. Saya mengatakan bahwa kesepakatan harus dicapai untuk mencapai demokrasi langkah demi langkah,” tuturnya.

Namun, Erdogan telah mengambil peran negatif di sini karena dia mendukung kelompok-kelompok tertentu, lanjutnya. Dengan kondisi seperti itu bagaimana mungkin Erdogan dapat mengambil posisi dalam upaya untuk menjadi pemimpin komunitas Islam di dunia, tetapi campur tangan dalam konflik di kalangan Sunni?.

“Karenanya, Ia akan semakin tenggelam dalam kontradiksinya sendiri. Seperti dalam kasus Hitler dan Stalin, semua tiran narsis berakhir dengan buruk. Pemerintahan mereka menghasilkan kemarahan. Dia akan menjalani nasib yang sama dengan mereka,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin