Surabaya, aktual.com – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jatim menyebut harga gula dalam kurun dua bulan terakhir di wilayah setempat merangkak naik, hal ini akibat stok yang tersendat sehingga peritel modern sulit mendapatkan pasokan gula.
“Tidak hanya suplai yang tersendat, harga gula juga terus merangkak naik,” kata Koordinator Wilayah Timur 1 Aprindo Jatim, April Wahyu Widarti di Surabaya, Selasa (4/2).
Ia mengatakan stok gula di sejumlah ritel modern berkurang drastis, dan dirasakan sejak dua bulan terakhir, bahkan beberapa ritel tidak mempunyai stok untuk dipajang di rak display.
“Di tengah tersendatnya pasokan gula ke ritel modern, kami juga menghadapi harga gula yang tinggi. Padahal harga eceran tertinggi untuk gula sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI nomor 57 tahun 2017 yang kemudian diatur lagi dalam Permendag nomor 96 tahun 2018 tentang HET (harga eceran tertinggi ) untuk komoditas beras, gula, minyak dan daging,” katanya.
Seharusnya, pemasok memberikan harga sesuai aturan, agar ritel modern pun bisa menjual sesuai harga HET yang sudah ditetapkan pemerintah, dengan harga eceran tertinggi gula Rp12.500 per kg.
Namun, kata dia, saat ini harga gula di pasar tradisional sudah di atas Rp13.000 per kg. Bahkan ada yang menjual sampai Rp14.000 per kg.
“Kondisi ini menyulitkan kami untuk berjualan. Karena jika peritel modern menjual di atas HET akan dikenakan sanksi, bahkan izin usaha toko swalayan (IUTS) peritel bersangkutan bisa dicabut,” katanya.
April mengatakan, stok gula yang ada di sejumlah ritel modern dijual dengan harga Rp12.500, dan pembelian dibatasi maksimal 2 unit per pembeli.
“Menipisnya stok berimbas pada pelayanan. ‘Karena kami tidak bisa memberikan layanan akan kebutuhan gula untuk para konsumen,” katanya.
Oleh karena itu, Aprindo meminta pada pemerintah untuk segera menstabilkan pasokan, sehingga ritel modern bisa kembali melayani kebutuhan masyarakat terhadap gula.
“Ditambah sebentar lagi akan masuk Lebaran. Tentunya, permintaan terhadap gula akan naik pada Februari ini, hal ini untuk persiapan membuat kue dan biskuit untuk keperluan Lebaran. Jangan sampai pemerintah terlambat mengambil kebijakan dalam menjaga pasokan barang barang khususnya untuk kebutuhan lebaran,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eko Priyanto