Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta, aktual.com – Pada tanggal 31 Desember 2019, pertama kali dijumpai penderita virus corona di wilayah Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Pada tanggal 11 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamai virus baru itu SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2). Penyakit akibat SARS-CoV-2 diberi istilah corona jenis baru atau COVID-19 (Coronavirus disease 2019) oleh WHO.

Masih di tanggal 11 Februari 2020, kasus corona yang merupakan penyakit saluran pernapasan akut 2019-nCoV terkonfirmasi di China sebanyak 42.708.

Data 12 Februari 2020 menunjukkan mortalitas di seluruh dunia mencapai 2,1 persen. Angka mortalitas di Wuhan sekitar 4,9 persen, dan di Hubei sekitar 3,1 persen.

Rerata hospitalisasi infeksi saluran pernapasan bagian bawah terkait virus corona yang menyerang manusia (HCoV) untuk populasi di bawah lima tahun dikalkulasi mencapai 1,5 per 1000 anak per tahun.

Data 28 Februari 2020 menunjukkan 61 negara mengonfirmasi 83.863 kasus dengan 2867 kematian.

Pada tanggal 3 Maret 2020, terdapat 168 sampel atau spesimen yang diteliti, berasal dari 48 rumah sakit di 23 provinsi di Indonesia.

Sebanyak dua spesimen positif, sembilan masih berproses, adapun 157 dinyatakan negatif. Hingga 5 Maret 2020, kasus infeksi virus corona di pelbagai penjuru dunia sekitar 95.481.

Angka mortalitas mencapai 3285 jiwa. Pasien sembuh sekitar 53.668 orang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan COVID-19 sebagai wabah atau Kejadian Luar Biasa.

Kelelawar

Semakin banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara 2019-nCoV dan coronaviruses (CoV) lainnya pada kelelawar, terutama dari sub-spesies kelelawar Rhinolophus. Jumlah sub-spesies ini banyak, umum dijumpai di China Selatan, di seluruh Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.

Studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 500 CoV telah teridentifikasi pada kelelawar di China. Perlu dicatat bahwa studi serologis yang dilakukan pada populasi perdesaan yang tinggal di dekat habitat alami kelelawar di gua-gua mengungkapkan 2,9 persen seroprevalensi-CoV. Hal ini menunjukkan bahwa paparan manusia terhadap kelelawar-CoV sangat mungkin terjadi.

Sebagian besar infeksi virus corona yang berasal dari komunitas terdiagnosis secara klinis, meskipun RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction) yang diaplikasikan untuk pemeriksaan sekresi sistem saluran pernapasan merupakan standar baku diagnostik.

Selain RT-PCR, teknik cepat lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi virus corona dari sampel nasofaring adalah asai deteksi antigen imunofluoresensi.

Bioinformatika

Melalui perspektif bioinformatika, kita dapat menganalisis COVID-19. Para ilmuwan menganalisis sequence alignment memakai clustal. Mereka mengobservasi protein modeling memakai Swiss model.

Mereka melakukan RNA modeling memakai Vienna RNA. Mereka melakukan molecular docking menggunakan autodock. Mereka melakukan molecular dynamics menggunakan NAMD. Uji profisiensi diagnostik virus berbasis analisis bioinformatika umumnya disimulasikan di dataset sekuens in silico yang bersifat high-throughput.

Analisis filogenetik berhasil mengungkapkan bahwa 2019-nCoV termasuk dalam genus betacoronavirus, di mana termasuk pelbagai virus corona (SARS-CoV, virus corona mirip SARS pada kelelawar, dsb) yang dijumpai pada manusia, kelelawar, dan binatang buas lainnya.

Next-generation sequencing dan bioinformatika benar-benar mengubah perspektif dan paradigma kita di dalam merespons wabah (outbreaks) penyakit infeksi, meningkatkan pemahaman kita tentang transmisi dan kejadian (wabah) penyakit, sekaligus mengakselerasi identifikasi patogen, dan mempromosikan data sharing.

“Bahagia”

Penulis merumuskan strategi “bahagia” sebagai langkah dan upaya pencegahan COVID-19. Berikut ini penjelasan dari singkatan “bahagia”.
B = berpikir positif. Batuk dan bersin beretika. Maksudnya, tutupi batuk atau bersin dengan tisu, lalu buang tisu tersebut ke tempat sampah.

Batasi transmisi manusia ke manusia, termasuk mengurangi infeksi sekunder di antara pekerja kesehatan. Batasi transmisi amplifikasi pelbagai kejadian.

Batasi penyebaran internasional lebih lanjut dari China. Bersihkan dan desinfeksi benda dan permukaan yang sering disentuh menggunakan semprotan pembersih rumah biasa.

Bertanya seputar virus corona hanya kepada ahlinya. Berdiam diri di rumah saat sakit atau menderita infeksi saluran pernapasan, kecuali bila hendak memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas layanan kesehatan terdekat.

A = awas berita hoaks. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berhasil mendeteksi 143 berita hoaks per tanggal 2 Maret 2020. Akselerasi diagnostik, vaksin, terapeutik telah diaktivasi oleh WHO melalui cetak biru pengembangan dan riset.

H = higiene dan sanitasi ditingkatkan. Sering-seringlah membersihkan atau mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik, terutama setelah pergi ke kamar mandi; sebelum makan; serta setelah memegang hidung, batuk, atau bersin.

Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan berbasis alkohol dengan kandungan minimal 60 persen alkohol. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air jika tangan tampak kotor.

Hindari berkontak langsung dengan orang yang sedang menderita infeksi saluran pernapasan akut, dan hewan liar, serta hewan peliharaan, terutama jika kondisi tubuh sedang kurang sehat.

Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut Anda secara langsung dengan jari-jemari atau telapak tangan yang belum steril atau dicuci. Hindari menggunakan transportasi publik, bus, taksi, atau berbagi kendaraan.

A = amati tanda dan gejala. Demam jarang dijumpai pada orang dewasa. Gejala yang sering dijumpai pada orang dewasa adalah batuk dan sesak nafas.

G = giat berolahraga untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh. Gemar makan sayur dan buah, minimal tiga kali sehari. Gunakan kamar mandi serta peralatan mandi secara terpisah, tidak bercampur dengan orang lain.

I = istirahat cukup. Identifikasi dan kurangi transmisi dari hewan. Implementasi pengukuran kesehatan untuk wisatawan. Informasi yang benar dan valid perlu disosialisasikan oleh pemerintah ke masyarakat.

Intervensi berbasis masyarakat, seperti pembatalan acara sekolah, jarak sosial, dan pembuatan rencana karyawan untuk bekerja efektif dari jarak jauh (secara online) dapat membantu memperlambat penyebaran COVID-19.

A = alat pelindung diri (APD) merupakan strategi pencegahan terbaik. APD sangat dianjurkan untuk dipakai orang dengan penyakit jantung di daerah yang endemis COVID-19.

Pelbagai masker yang protektif terhadap virus hingga lebih dari 95 persen antara lain: N95 (perlindungan terkuat), masker operasi atau surgical mask (penggunaan medis), dan FFP1 (isolate suspended particles).

Sungkup muka (masker) harus digunakan oleh orang yang menunjukkan gejala COVID-19 untuk membantu mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.

Penggunaan sungkup muka juga penting untuk petugas kesehatan dan orang yang merawat seseorang dalam pengaturan yang dekat (di rumah atau di fasilitas perawatan kesehatan).

Jadi, jelaslah bahwa orang sehat sama sekali tidak dianjurkan memakai masker wajah, dengan alasan untuk melindungi diri dari penyakit pernapasan, termasuk COVID-19.

Hal terpenting adalah platform investigasi epidemiologis untuk mengarakterisasi mode transmisi, interval reproduksi, dan spektrum klinis yang dihasilkan dari infeksi untuk menginformasikan dan memperbaiki berbagai strategi yang dapat mencegah, mengendalikan, dan menghentikan penyebaran 2019-nCoV.

Dengan strategi “bahagia”, maka COVID-19 diharapkan dapat dicegah dan diatasi dengan paripurna. Jangan ada lagi corona di antara kita. Semoga.

Penulis, dr Dito Anurogo MSc, dosen FKIK Unismuh Makassar.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto