Nunukan, aktual.com – Budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kembali bergairah setelah harga komoditas itu mengalami kenaikan hingga mencapai Rp13.000 per kilogram.
Kenaikan harga telah terjadi sekitar sepekan ini setelah sebelumnya sempat anjlok hingga di kisaran Rp10.000 per kilogram. Sebelum anjlok, harga rumput laut sempat mencapai Rp15.000 per kilogram.
Kamaruddin, seorang pengepul rumput laut di Kampung Mamolo Kelurahan Tanjung Harapan, Minggu [8/3], menyebutkan petani rumput laut di daerah itu saat ini kembali bergairah setelah adanya kenaikan harga sejak beberapa hari lalu.
Ia tidak mengetahui secara pasti penyebab kenaikan harga. Para pedagang atau pengusaha pengimpor langsung menaikkan pembeliannya. Namun menduga kenaikan harga rumput laut ini disebabkan oleh tingginya permintaan untuk pasar luar negeri.
Selama ini, rumput laut produksi Kabupaten Nunukan sebagian diekspor ke Korea Selatan dan sebagian lagi dipasok oleh pengusaha ke Makassar dan Surabaya.
Kamaruddin berharap harga ini tetap mengalami kenaikan agar pembudidaya tetap bersemangat untuk menekuni usaha rumput laut tersebut.
Ia mengakui pada saat harga sempat anjlok sejak awal Februari 2020 itu, pembudidaya sempat mengeluhkan dan khawatir jika terus turun hingga Rp6.000 per kilogram.
“Harga sebesar Rp6.000 per kilo itu kan pernah terjadi di Nunukan ini, makanya petani selalu khawatir jangan-jangan mau seperti itu lagi,” ujar Kamaruddin.
Sementara Firman, pembudidaya rumput laut di Pangkalan Haji Muhtar Kelurahan Nunukan Timur, Minggu, mengatakan, sejak harga rumput laut pernah turun pada kisaran Rp10.000 per kilogram, dirinya dan beberapa rekannya terpaksa memukat saja.
Ia menilai dengan memukat rumput laut hasilnya lebih menjanjikan di mana biaya operasional sangat kurang dibandingkan membudidaya. Setelah mengetahui harga kembali naik, dia katakan, kembali membudidaya sambil memukat.
Firman berharap harga rumput laut di Nunukan tidak terlalu anjlok hingga di bawah Rp10.000 per kilogram. Jika harga sempat turun pada batas ini maka pembuidaya akan mengalami kerugian.
Artikel ini ditulis oleh:
Eko Priyanto