Jakarta, Aktual.co — Menteri luar negeri urusan keamanan Tunisia, Rafik Chelly, mengungkapkan dua pria bersenjata, yang menewaskan 21 orang dalam serangan terhadap pelancong-pelancong asing di sebuah museum di Tunis, mendapatkan pelatihan di sebuah kamp militan di Libya.

“Mereka meninggalkan negara (Tunisia) secara ilegal pada Desember lalu menuju Libya dan mereka bisa berlatih menggunakan senjata di sana,” kata Rafik Chelly kepada saluran televisi swasta AlHiwar Ettounsi, dikutip AFP, Sabtu (21/3).

Kedua pria bersenjata itu disebut namanya oleh pihak berwenang sebagai Yassine Abidi dan Hatem Khachnaoui.

Chelly mengatakan Abidi sudah ditahan sebelum berangkat ke Libya, namun ia tidak memberikan keterangan rinci.

Serangan pada Rabu (18/3) ke Museum Nasional Bardo di Tunisia pusat merupakan insiden terburuk yang terjadi di negara tersebut, sejak munculnya pemberontak pada 2011, yang kemudian menggulingkan sosok kuat Zine El Abidine Ben Ali.

Kepala badan keamanan mengatakan kedua pria bersenjata itu sudah menjadi anggota “rahasia kelompok teroris” yang ada di sejumlah wilayah.

“Kami mengetahui bahwa mereka bisa melancarkan serangan-serangan namun kami harus menghimpun petunjuk-petunjuk agar dapat melakukan penangkapan terhadap mereka,” kata Chelly pada Kamis larut malam.

Ia menyebut lokasi-lokasi yang dicurigai sebagai pusat-pusat pelatihan bagi para warga Tunisia di Libya, termasuk kota kedua Benghazi serta kota pesisir Derna, yang telah dijadikan benteng oleh para pejihad.

Pihak berwenang mengatakan sudah sekitar 3.000 warga Tunisia yang pergi ke Irak, Suriah dan Libya untuk bertempur bersama para pejihad.

Kenyataan itu meningkatkan kekhawatiran soal para milisi yang ditempa perang dan kembali ke tanah airnya untuk merancang serangan-serangan.

Artikel ini ditulis oleh: