Denpasar, Aktual.co — Umat Hindu Bali, pada Sabtu (21/3) akan merayakan tahun baru Caka 1937. Dan perayaan itu, akan dilakukan dengan ibadah Nyepi.

Selain Nyepi, umat Hindu Bali juga akan melakukan arak-arakan ogoh-ogoh (patung raksasa terbuat dari bambu dan kertas/stereoform) keliling kota. Arak-arakan ini dilakukan pada malam pengrupukan atau sehari sebelum Nyepi.

Belum juga hari pengrupukan, ogoh-ogoh milik banjar (setingkat RT) sudah dipajang di pinggir-pinggir jalan. Meski even tahunan, namun sejumlah warga Denpasar tetap antusias melihat lebih dekat rupa-rupa ogoh-ogoh yang dibuat dalam wujud raksasa, binatang dan cerita pewayangan itu.

Kariyem, warga asal Solo, Jawa Tengah, mengaku beru pertama kali akan merayakan Nyepi di Bali. Ia antusias melihat lebih dekat ogoh-ogoh yang dipajang di bibir jalan.

“Baru pertama Nyepi di Bali. Ingin merasakan Nyepi itu seperti apa. Baru lihat juga ogoh-ogoh. Bentuknya seram, tapi kreatif,” kata Kariyem yang datang melihat ogoh-ogoh bersama anak dan cucunya itu, Kamis (19/3).

Pantauan di lapangan, lantaran antusiasme warga melihat rupa-rupa ogoh-ogoh, hampir seluruh jalan di Kota Denpasar mengalami kemacetan. Macet terjadi lantaran sejumlah warga berhenti dan memarkir kendaraan di bibir jalan untuk melihat ogoh-ogoh.

Sementara itu, tokoh spiritual muda dari Paguyuban Parerepan Sari Denpasar, Jro Paksi menuturkan, jika ogoh-ogoh adalah ekspresi kemeriahan warga menyambut pergantian tahun. “Ogoh-ogoh bukanlah kegiatan adat, tetapi sebuah ekspresi seni yang dijadikan sebagai tradisi atau kebiasaan,” kata Jro Paksi.

Sama halnya dengan pergantian tahun baru Masehi, di mana warga akan menyalakan kembang api, pun halnya ogoh-ogoh pada tahun baru Caka.

“Dalam menyambut tahun baru Caka, identik ada kemeriahan. Seperti tahun baru tanpa kembang api terasa hambar. Tidak ada sebuah keharusan saat menyambut Nyepi dengan ogoh-ogoh, itu hanya wujud ekspresi seni muda-mudi untuk memeriahkan tapa brata penyepian,” demikian Jro Paksi.

Artikel ini ditulis oleh: