Polisi menghalau massa yang melakukan tindakan anarkis saat Simulasi Pengamanan Pilkada Serentak 2015 di lapangan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Dalam simulasi tersebut petugas mempraktekkan pengamanan Pilkada 2015 dengan skenario terjadinya kerusuhan serta tindakan anarkis karena para simpatisan calon Gubernur dan Wakil Gubernur tidak terima dengan hasil perhitungan suara. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Para pengusaha saat ini tengah was-was menghadapi situasi tersulit selama pandemi corona ini melanda Indonesia. Mereka yang sudah babak belur berharap pemerintah menjaga keamanan dengan baik. Karena hal yang mengerikan selama masa wabah ini dapat memicu masyarakat bertindak rusuh.

“Karena potensi adanya pihak yang menjadi tunggangan dengan adanya krisis ini. Kita belajar dari 1998 yang lalu, itu bisa saja terjadi. Sekarang sudah ada beberapa di Tangerang, Malang,” kata CEO Royal Agro Indonesia, Final Prajnanta dalam Diskusi Online DPP PAN secara virtual, Jumat (17/4).

Dia berharap aparat negara, baik TNI maupun Polri tetap mengawasi perkembangan kondisi di lapangan seiring imbas Corona yang dirasakan masyarakat, terutama di sektor ekonomi. Seperti diketahui imbas Corona ke sektor ekonomi telah membuat jutaan orang kena PHK maupun dirumahkan, termasuk tanpa digaji ataupun dipotong separuh.

“Dengan kondisi krisis seperti ini ada satu potensi yang belum banyak disorot adalah kita ingin negara ini harus aman. Garda terdepan, Polisi, TNI, betul-betul harus diperhatikan keamanan negara,” jelasnya.

Selain itu, dia juga mengibaratkan permasalahan saat ini seperti seluruh dunia tengah melawan alien. Tidak ada yang siap menghadapi kondisi saat ini, termasuk seluruh jenis perusahaan.

“Berbagai sektor mengalami hambatan. Saya ngobrol dengan eksportir mebel, Permasalahannya dengan ratusan karyawannya masih bekerja, tapi negara importirnya kena lockdown, sehingga tidak ada pemasukan. Ini situasi yang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Di sisi lain pengusaha seharusnya bisa mengambil langkah yang bijak. Dia sendiri hal yang pertama yang dia lakukan dengan mengajak diskusi dengan semua karyawannya. Diskusi yang dilakukan harus sejujur-jujurnya.

“Sebagai pengusaha memang pertama kali mengajak diskusi semua karyawan mengenai potensi krisis ini. Kami sudah melakukan diskusi dengan karyawan dari awal Februari mengenai risiko apa yang akan terjadi,” tegasnya.

Dia berdiskusi dengan karyawannya juga membicarakan risiko yang akan terjadi. Termasuk risiko perusahaan tidak bisa membayar gaji karyawannya.

“Sehingga dengan begitu kita bisa bicara apakah ada penundaan gaji atau tidak membayar gaji atau pemotongan gaji. Intinya ada sikap transparansi antara pelaku usaha dengan karyawannya,” pungkasnya.