Jakarta, Aktual.co — Dalam diskusi terbatas ‘Penguatan Perberasan Nasional’ di Gedung Perum Bulog Jakarta, Kamis (19/03), Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pelitasari S mengatakan, meroketnya harga beras yang sempat naik hingga 30 persen beberapa waktu lalu disebabkan oleh persoalan terlambatnya distribusi beras untuk masyarakat miskin (raskin).

Seperti diketahui, distribusi raskin pada bulan Januari 2015 mengalami keterlambatan, pun ternyata pemerintah memang tidak menyalurkan raskin sebesar 460.000 ton pada bulan November dan Desember 2014. “Artinya ada 700.000 ton kekosongan suplai di pasar dan ditutup atau ditambal hanya dengan operasi pasar (OP) sebesar 75.000 ton di bulan November-Desember dan 139.000 ton di bulan Januari atau jumlahnya 260.000,” ujar Lely.

Selama ini raskin membantu pasokan di tingkat pasar dan suplai beras kepada masyarakat umum.  Tidak adanya penyaluran raskin selama hampir 3 bulan, lanjut Lely,  memang memiliki pengaruh signifikan terhadap meroketnya harga beras.  

“Suplai yang biasa rutin setiap bulan ada 230.000 ton untuk raskin. Kenapa 230.000 ton itu penting? konsumsi kita per bulan dengan asumsi konservatif 139 kg beras/kapita/tahun dikalikan jumlah penduduk kita maka dibutuhkan 2,6 juta ton beras per bulan. Diisi 230.000 ton untuk program raskin tadi. Share 10% terhadap pasar sangat signifikan,” paparnya.

Tak hanya soal keterlambatan distribusi, ketersediaan pasokan beras yang ikut terganggu karena ketiadaan stok akibat mundurnya musim panen juga menjadi pemicu terjadinya kenaikan harga beras.

“Belum lagi paceklik dan tanam mundur, jadi lengkap sudah harga beras naik,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: