Jakarta, Aktual.com – Dalam upayanya memperbaiki sistem keamanan, Zoom membeli startup pesan terenkripsi Keybase, Reuters melaporkan Kamis (7/5).
Zoom mengatakan telah membeli Keybase, layanan pengiriman pesan dan file yang aman, dengan harga yang dirahasiakan, guna mencari ahli teknis untuk memberikan enkripsi yang lebih kuat pada platform konferensi tersebut.
Zoom, yang telah menghadapi serangan keamanan karena layanannya tidak sepenuhnya dienkripsi dari ujung ke ujung (end-to-end), mengatakan berencana untuk mengembangkan alat-alat yang akan memberikan lebih banyak kontrol kepada admin rapat, dan memungkinkan pengguna untuk secara aman bergabung dalam rapat.
Zoom menjadi salah satu perusahaan yang meraup keuntungan dari kebijakan pembatasan sosial yang membuat jutaan pekerja dan siswa menggunakan platformnya untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Tidak hanya itu, Zoom juga mencapai kesepakatan dengan kantor Jaksa Agung New York untuk melindungi privasi pengguna.
Jaksa Agung New York, Letitia James, mengumumkan perjanjian dengan Zoom atas berbagai masalah, termasuk privasi yang ditingkatkan untuk akun pendidikan dan pembaruan kebijakan Zoom tentang perilaku pelecehan.
Zoom mengatakan sedang mempersiapkan rancangan desain kebijakan enkripsi yang akan dirilis 22 Mei, saat perusahaan berencana mengadakan diskusi dengan para ahli, untuk kemudian mengintegrasikan masukkan yang didapat ke dalam desain final sebelum meluncurkan fitur tersebut kepada pengguna.
“Kami juga sedang menyelidiki mekanisme yang akan memungkinkan pengguna perusahaan untuk memberikan tingkat otentikasi tambahan,” ujar Chief Executive Officer Eric Yuan.
Didirikan pada tahun 2014, Keybase merupakan platform pesan terenkripsi yang memungkinkan pengguna untuk secara aman bertukar data dan secara kriptografis memverifikasi identitas satu sama lain di media sosial.
Sementara jumlah pengguna melonjak dengan saat ini berjumlah 300 juta peserta per hari, Zoom menghadapi masalah keamanan.
Kekhawatiran tentang keamanan platform Zoom telah membuat sejumlah perusahaan termasuk SpaceX milik Elon Musk dan Ericsson melarang karyawan menggunakan platform tersebut. Sekolah di New York juga membatasi guru dan siswanya dalam menggunakan platform tersebut, meskipun larangan itu baru-baru ini dibatalkan.
Peningkatan keamanan menjadi bagian dari rencana 90 hari Zoom, termasuk dengan mempekerjakan mantan kepala keamanan Facebook, Alex Stamos, dan tokoh industri lainnya yang dikenal baik dalam pengembangan enkripsi pada perangkat lunak. Langkah Zoom ini mendapat pujian dari para pakar keamanan siber.
Antara
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin