Jakarta, Aktual.co — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise menyatakan, angka kematian ibu di Indonesia tergolong masih tinggi, sehingga perlu berbagai upaya untuk mengatasinya.

“Secara keseluruhan angka kematian ibu sekitar 123 orang per 100.000, kita di Indonesia 369 per 100.000, ini cukup tinggi dan semua negara dengar bahwa Indonesia masalahnya itu,” kata Yohana dalam sosialisasi program gerakan nasional pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia di Istana Negara Jakarta, Rabu (18/3).

Yohana menyebutkan, dirinya baru saja kembali dari New York memimpin delegasi perempuan Indonesia untuk mempertanggungjawabkan dan mengevaluasi pelaksanaan Beijing Platform For Action Tahun 1999 di Tiongkok.

“Selain itu ada beberapa ‘critical area’ pada 12 bulan ke depan yang harus perhatikan adalah perempuan dalam kemiskinan, perempuan dalam lingkungan, perempuan dalam pendidikan dan perempuan dalam kesehatan,” katanya.

Dalam kesempatan pertemuan itu, ia menyatakan bahwa Indonesia sudah cukup berkembang di mana perempuan-perempuan sekarang cukup berkembang.

“Namun, satu masalah yang menjadi perhatian kita semua adalah angka kematian ibu yang masih tinggi, oleh karena itu kita harus bekerja sama untuk mengatasi ini dan menyelamatkan ibu ini,” katanya.

Ia juga menyampaikan perkembangan lain yaitu mengenai kasus kekerasan dalam rumha tangga (KDRT), kekerasan terhadap anak.

“Ini harus menjadi perhatian karena pertemuan ini menjadi pertemuan kedua terbesar setelah pertemuan presiden seluruh dunia yang dihadiri negara di seluruh dunia dengan semua menteri yang menangani masalah perempuan,” katanya.

Menurut dia, ada tiga hal yang menjadi perhatian utama yaitu pertama “gender mainstreaming” dan “gender equality”, kedua “sustainable development” dan ketiga “clean government”.

“Itu yang menjadi perhatian United Women seluruh dunia, tugas kita cukup besar, masalah kita cukup banyak, selain angka kematian ibu cukup besar, KDRT masih tinggi, kekerasan terhadap anak masih ada,” katanya.

Ia menargetkan pada 2030, berbagai masalah itu sudah harus terselesaikan.

“Saya mohon bantuan, kerja sama dan dukungannya, saya siap untuk berkolaborasi,” kata Yohana.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid