Semarang, Aktual.co — Di tengah-tengah latihan tempur Amerika Serikat dan beberapa negara yang tergabung dalam NATO, di perbatasan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah memerintahkan aramda tempurnya untuk siaga penuh di kawasan Kutub Utara.

Armada tempur mulai disiagakan pada Senin (16/3) lalu, sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Beberapa armada yang disiagakan mulai dari Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Darat. Sedikitnya Militer Rusia menerjunkan 38.000 tentara, 41 kapal, 15 kapal selam dan 110 pesawat.

“Tugas utama dari pasukan tempur kesiapan adalah untuk menilai Angkatan Bersenjata dari kemampuan Armada Utara dalam memenuhi tugas-tugas keamanan militer Federasi Rusia di wilayah Kutub Utara,” beber Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergey Shoigu, kepada wartawan, demikian lapor laman CNN.

Shoigu mengatakan, tantangan dan ancaman keamanan militer baru akan ditingkatkan lebih lanjut sesuai kemampuan militer Angkatan Bersenjata Rusia dan mencermati negara yang bersengketa di wilayah Utara.

Latihan bersama NATO dan beberapa negara Eropa akan berlangsung hingga Jumat mendatang.

Armada kapal disiapkan untuk mendukung kapal selam nuklir, Armada utara di Laut Barents, sebagai bagian dari penyelamatan.

” Kesiapan tempur pasukan Armada Utara dalam mendukung penyebaran kekuatan utama
Armada, termasuk kapal nuklir dan kapal selam,” kata pernyataan tersebut.

Kata juru bicara Kremlin mengungkapkan, meskipun sejumlah negara yang berpartisipasi dalam berbagai latihan militer di Eropa Timur, pemeriksaan Armada Utara sebagai praktek rutin yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Militer Rusia.

“Pemeriksaan Armada bertujuan untuk meningkatkan mekanisme kontrol dan operasi dari Angkatan Bersenjata Rusia. Ini merupakan proses yang benar-benar teratur untuk operasi Angkatan Bersenjata”, demikian pernyataan laporan tertulis.

Sebaliknya, Diplomat mengatakan kepada Tass, bahwa Rusia sangat prihatin tentang latihan NATO di dekat perbatasan.

“Hal ini mengejutkan bahwa terjadi di Eropa Utara dan Timur yang merupakan wilayah yang tidak stabil di Benua kita, tetapi juga mungkin di seluruh dunia,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexey Meshkov.

“Tindakan NATO tersebut menyebabkan destabilisasi situasi dan meningkatkan ketegangan di Timur Laut Eropa.”

Artikel ini ditulis oleh: