Jakarta, Aktual.co — Pengamat Politik Ubedilah menyebutkan munculnya pergerakan mahasiswa disebabkan ketidakmampuan rezim mengelola ekonomi politik Indonesia saat ini. Pasalnya, aksi mahasiswa ini hampir serupa dengan gerakan mahasiswa tahun 1998 pada rezim orde baru.
“Faktornya adalah ketidakmampuan rezim mengelola problem ekonomi politik, termasuk instabilitas politik. Juga mulainya ada gerakan mahasiswa yang melakukan konsolidasi dari beberapa aksi,” ujar Ubed saat dihubungi di Jakarta, Selasa (17/3).
Ubed mengatakan ada indikasi-indikasi ketidakpuasan rezim misalnya ada kemunculan beberapa organisasi mahasiswa yang mulai turun ke jalan, dan sebetulnya ada indikasi bahwa mahasiswa mulai merespon secara serius.
Selain itu, indikator lainnya adalah tidak efektifnya rezim bekerja menangani problem ekonomi misalnya klien-klien ekonomi yang dikelola negara tidak terkordinasi denga baik termsuk juga tidak mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan ekonomi. Contoh, harga beras sangat lemah orientasinya dan harga-harga sembako yang lainnya.
“Saya lihat termasuk juga paket kebijakan ekonomi nasional kita untuk mengembalikan harga diri rupiah atau menguatkan rupiah. Menurut saya juga paketnya tidak sistemik untuk mengantisipasi posisi rupiah,” katanya
Ubed menambahkan situasi krusial bisa meluas seiring mulai responsifnya gerakan mahasiswa yang lakukan aksi.
“Jadi kalau mahasiswa sudah mulai responsif dengan persoalan bangsa skala nasional. Kemudian rezim juga belum bisa efektif menangani problem ekonomi. Saya lihat ini potensial untuk satu situasi dimana gerakan krusial itu bisa meluas,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: