New York, Aktual.com – Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena meningkatnya kasus Virus Corona menghidupkan kembali kekhawatiran akan melemahnya permintaan bahan bakar, sementara negara-negara penghasil minyak mentah utama bersiap meningkatkan produksi.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus kehilangan 16 sen menjadi menetap di 40,59 dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September turun 23 sen menjadi ditutup pada 43,14 dolar AS per barel.
Kedua kontrak sedikit berubah dari seminggu sebelumnya. Untuk minggu ini, harga minyak mentah WTI naik 0,1 persen, sementara Brent turun 0,2 persen.
Amerika Serikat melaporkan sedikitnya 75.000 kasus baru COVID-19 pada Kamis (16/7/2020), sebuah rekor harian. Spanyol dan Australia melaporkan lompatan harian tertajam mereka dalam lebih dari dua bulan, sementara kasus terus melonjak di India dan Brazil.
Permintaan bahan bakar telah pulih secara luas dari penurunan 30 persen pada April setelah negara-negara di seluruh dunia membatasi pergerakan dan menutup bisnis. Konsumsi tetap di bawah tingkat pra-pandemi, dan pembelian bahan bakar turun lagi ketika infeksi meningkat.
Anggota parlemen di Amerika Serikat dan Uni Eropa akan memperdebatkan lebih banyak stimulus dalam beberapa hari mendatang.
Harga acuan minyak mentah turun sekitar satu persem pada Kamis (16/7/2020) setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk memangkas rekor pengurangan pasokan 9,7 juta barel per hari (bpd) sebesar dua juta barel per hari, mulai Agustus.
Perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi ke rekor terendah selama 11 minggu berturut-turut, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Perusahaan-perusahaan telah memperlambat pengurangan ketika beberapa perusahaan mempertimbangkan kembali menambah sumur karena harga minyak mentah naik dari posisi terendah bersejarah. Perusahaan-perusahaan energi dapat mulai menambah rig akhir tahun ini jika harga tetap stabil di level yang lebih tinggi.
“Aktivitas rig AS akan turun di bawah 250 rig atau sekitar level saat ini,” kata analis di Raymond James. Mereka memperkirakan jumlah rig rata-rata 270 rig di paruh kedua 2020.(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Warto'i