Jakarta, Aktual.com – Energi hanya dapat berubah bentuk, namun tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tersebutlah dari teori hukum kekekalan energi dalam fisika.
Bukanlah prediksi yang salah dari sebuah hipotesa teori, di mana energi merupakan inti dari penggerak kehidupan. Khususnya manusia, hingga saat ini energi vital masih dari dominasi energi fosil, yaitu minyak dan gas bumi (migas).
Bukan hukum fisika yang menjadi latar belakang, namun energi migas memakai takaran ekonomi dalam menentukan arah kebijakannya. Mengingat energi, khususnya berasal dari fosil tidak dapat diciptakan kembali, atau bisa habis pada suatu masa, maka efisiensi penggunaan adalah hal mutlak.
Ketika masih berlimpah, migas sempat menjadi komoditas utama dimana pergerakan perdagangan dalam pasar global sangat laris untuk diperjualbelikan dalam ekspor-impor suatu negara, tidak terkecuali Indonesia.
Namun, seperti sudah ada lampu sinyal yang menyala, bahwa indikator telah membacakan tanda jika minyak dan gas bumi Indonesia akan mencapai batasnya jika tidak ada penemuan baru.
Melihat hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya MIneral (ESDM) Arifin Tasrif dengan tegas menjelaskan bahwa arah kebijakan energi saat ini bukan lagi mengenai komoditas, tetapi harus menjadi modal dalam pembangunan nasional.
Bersama Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) rotasi arah tersebut dikuatkan untuk pemenuhan energi dalam negeri sebagai penguatan pembangunan.
Penyebab rotasi
Fakta telah disebutkan Arifin, bahwa jika tidak ada cadangan migas baru, maka umur dari minyak bumi hanya tinggal sembilan tahun ke depan sebelum menemui tetesan terakhir.
Kedua, secara statistik, dalam 20 tahun terakhir, tren produksi minyak bumi selalu menunjukkan penurunan tiap tahunnya, ini adalah alarm peringatan yang tegas.
Apa langkah selanjutnya?
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan lifting atau produksi siap jual minyak sebesar 743 ribu barel per hari (bph) pada tahun 2024. Capian target ini ditetapkan dalam data pembangunan dan target rencana strategis Kementerian ESDM dalam periode lima tahun mendatang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menguraikan langkah apa yang akan ditempuh Pemerintah dalam mencapai target peningkatan lifting minyak tersebut.
“Kita akan memanfaatkan sumur-sumur (minyak) yang sudah lama ditinggalkan atau sumur tua. untuk bisa diproduksi kembali dengan memanfaatkan teknologi-teknologi yang ada, seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) atau biochemical surfactant,” kata Arifin.
Program EOR, urai Arifin, diproyeksikan membutuhkan waktu lebih lama dan dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan karakter subsurface yang ada di Wilayah Kerja (WK) Migas. “Memang, kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa dapat mendapatkan sumber formula yang tepat tentang komposisi EOR ataupuan biochemical,” jelasnya.
Sesuai proyeksi Pemerintah, Lapangan Ande-Ande Lumut di Natuna bisa menjadi pendongkrak lifting minyak pada tahun 2023 sebesar 25 ribu bpd.
Terdapat pula dua sumber lain yang jadi andalan yakni Indonesia Deepwater Development/IDD (23 ribu bpd di 2024) dan Lapangan Abadi, Blok Masela (36 ribu bpd di 2027). “Sisanya kita bisa mempercepat cekungan-cekungan WK yang masih ada di kawasan kita,” ungkap Arifin.
Lebih lanjut, Arifin mengungkapkan potensi lain dari penggalian batuan sumber (source rock) kendati membutuhkan biaya eksplorasi yang lebih mahal. “Cost-nya lebih mahal tapi teknologi bisa mengatasi,” tegas Arifin.
Saat ini, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” tengah melakukan upaya-upaya serupa dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan kemudian menawarkan hasil penelitian kepada pemilik-pemilik WK Migas.
Indonesia masih punya peluang besar mendongkrak lifting atau produksi siap jual minyak dan gas bumi (migas) dengan menggarap ladang baru serta mengembangkan Wilayah Kerja (WK) eksisting.
Pemerintah mempercayakan kepada Pertamina selaku perusahaan pelat merah untuk mengelola beberapa WK yang sudah berakhir masa kontraknya dan dikembalikan oleh negara.
Pemerintah sendiri menetapkan lifting migas pada APBN 2020 sebesar 1.946 Million of Barrels of Oil Equivalent Per Day (MBOEPD) dengan rincian 755 mbopd dari minyak dan 1.191 dari mboepd dari migas. Optimisme terhadap capaian target lifting migas terlihat dari 12 proyek migas yang diproyeksikan berjalan tahun 2020 ini.
Sebanyak 12 proyek migas tersebut antara lain Proyek Bukit Tua Pashe-3 yang dikerjakan oleh Petronas Carigali Ketapang III Ltd. dengan kapasitas fasilitas produksi 31,5 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dan estimasi produksi 31,5 MMscfd.
Kemudian, Proyek Grati Pressure Lowering yang dikerjakan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. dengan kapasitas fasilitas produksi 30 MMscfd dan estimasi produksi 30 MMscfd, ketiga, Proyek Buntal-5 yang dikerjakan Medco Energi, keempat, Proyek Sembakung Power Plant dikerjakan oleh PT Pertamina EP.
Selanjutnya, Proyek Randu Gunting yang dikerjakan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) Randu Gunting dengan kapasitas fasilitas produksi 5 MMscfd dan estimasi produksi 3 MMscfd, keenam, proyek Kompresor Betung yang dikerjakan oleh PT Pertamina EP dengan kapasitas fasilitas produksi 15 MMscfd dengan estimasi mencapai 15 MMscfd.
Tujuh, Proyek Malaca Strait Phase-1 (EPF) yang dikerjakan oleh EMP Malaca Strait dengan kapasitas fasilitas produksi 3000 barel minyak per hari (bopd) dan estimasi produksi 3000 bopd.
Delapan, proyek Meliwis oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty.Ltd. dengan kapasitas fasilitas produksi 20 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 20 MMscfd, lalu Proyek Cantik oleh PT Sele Raya Belida II dengan kapasitas fasilitas produksi 2,5 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 2,5 MMscfd.
Proyek Kompresor LP-MP SKG-19 oleh Pertamina EP dengan kapasitas fasilitas produksi 150 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 150 MMscfd, serta Proyek Peciko 8A oleh Pertamina Hulu Mahakam dengan kapasitas fasilitas produksi 8 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 8 MMscfd dan terakhir Proyek Merakes dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd.
Di samping itu, Pemerintah berencana menjalankan sejumlah strategi dengan memberikan insentif kepada badan usaha (BU) migas untuk mempercepat 42 rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) lapangan migas hingga mendorong penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) serta melegalkan pengelolaan sumur tua oleh masyarakat meskipun produksinya sedikit.
Tak kalah penting juga, melalui SKK Migas Pemerintah membuka layanan One Door Service Policy (ODSP) guna merealisasikan target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) pada 2030.
Ketua Umum Aspermigas John S Karamoy mendukung pernyataan dari Menteri ESDM dalam mengutamakan kepentingan pembangunan nasional. Ia juga berharap bahwa strategi dan insentif yang ditawarkan dapat merangsang bisnis migas lebih bergairah dan produktif.
Saat ini di Indonesia masih terdapat 68 dari 128 cekungan yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi (migas) yang belum di eksplorasi.
Ke-68 cekungan tersebut sudah dalam perencanaan, sehingga dalam waktu beberapa tahun mendatang bisa memiliki data migas yang akurat, yang dapat menjadi daya tarik investor menanamkan investasinya.
Disebutkan pula sebagai langkah dalam pemenuhan merangsang investasi migas baik pemerintah dan pengusaha migas bahwa, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tetap akan berupaya mencapai target 1 juta bopd pada tahun 2030 tersebut dengan menerapkan beberapa strategi yaitu, mengedepankan strategi eksplorasi yang masif dan intensif, kedua mendorong dan mengkampanyekan penerapan enhanced oil recovery (EOR) di lapangan mature, dan ketiga mengakselerasi monetisasi proyek-proyek utama, sehingga mempercepat potensi sumberdaya menjadi lifting.
Dalam rangka merealisasikan peningkatan produksi migas di masa mendatang, SKK Migas dan kontraktor migas berkomitmen untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi, salah satunya adalah pelaksanaan survei seismik 2D terbesar di Asia Pasifik melalui Komitmen Kerja Pasti Wilayah Kerja Jambi Merang yang saat ini sudah mencapai 23.705 km atau sebesar 79 persen dari target 30.000 km yang akan selesai pada bulan Juli 2020.
Pelaksanaan survei seismik tersebut melewati area yang berpotensi menjadi penemuan besar (giant discovery), sebagai salah satu langkah SKK Migas untuk menemukan wilayah kerja migas baru untuk menopang produksi migas yang berkelanjutan. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin