Jakarta, Aktual.com – Delegasi sejumlah pejabat tinggi Uni Emirat Arab (UEA) melakukan kunjungan perdana ke Israel hari ini, Selasa (20/10). Kunjungan diplomatik berdasarkan kesepakatan baru dua negara ini mendapat kecaman keras dari Palestina.

“Itu memalukan. Perjanjian bilateral diumumkan hari ini, dan delegasi datang dan pergi,” kata Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina Wasel Abu Youssef di Ramallah, West Bank, Palestina seperti dilansir Reuters, Selasa (20/10).

Semua itu, lanjut dia, hanya menawarkan kekuatan penambahan luas permukiman Yahudi dilakukan Israel di Tanah Palestina.

“Itu hanya untuk meningkatkan agresi, dan kejahatannya terhadap rakyat Palestina. Selain itu, untuk meningkatkan sikap keras dan arogansinya (Israel, red),” kata Youssef.

Kedua negara sudah menyepakati perjanjian dagang sejak mengumumkan normalisasi hubungan, pada Agustus 2020.

Kunjungan pertama para pejabat UEA ini hanya berlangsung lima jam, dan kedua delegasi hanya berada di kompleks bandara Ben Gurion – terletak di tenggara Tel Aviv. Sebab, saat ini Israel menerapkan karantina wilayah demi menekan wabah virus corona.

Lawatan UEA ini juga memiliki agenda penandatanganan sejumlah perjanjian. Promosi bisnis soal penerbangan komersial menjadi pembahasan mereka, UEA-Israel.

Bahkan, telah disepakati pula bahwa warga Israel dan UEA akan dapat saling berkunjung tanpa menggunakan visa.

Juru Bicara Hamas Hazem Qassem juga telah merespons kunjungan bilateral kontroversial abad ini.

“Lawatan UEA ini hanya akan mendorong Israel meneruskan aneksasi gradual pada tanah tanah Palestina di Tepi Barat,” kata Qassem di Gaza.

UEA dan Bahrain, pada September 2020, menjadi dua negara Arab pertama dalam 25 tahun terakhir resmi membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Langkah negara negara Arab terhadap Israel ini terjadi, dan telah menjadi sorotan banyak pihak.

Banyak pihak memperkirakan, kesepakatan atas mediasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump ini karena sangat mengkhawatirkan tindakan negara kuat di Timur Tengah, yakni Iran.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i