Jakarta, Aktual.co — Penurunan harga baja dunia akibat kelebihan pasokan (over supply) baja dunia dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS telah menekan kinerja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di sepanjang tahun 2014.
Pada akhir tahun lalu, Krakatau Steel membukukan rugi operasi sebesar US$70,4 juta dan rugi bersih sebesar US$156,9 juta. Kerugian yang dialami selaku pemilik entitas induk, yakni sebesar US$ 149,8 juta, di mana 47,7% kontribusi kerugian berasal dari perusahaan asosiasi, utamanya dari PT Krakatau Posco yaitu sebesar US$71,6 juta.
Ruginya PT Krakatau Posco disamping karena dampak melemahnya pasar baja dunia sehingga pendapatannya di bawah target, juga karena perusahaan tersebut yang baru beroperasi di awal 2014 memerlukan waktu 2,5 bulan untuk proses “learning curve”, sehingga ikut berkontribusi pada rendahnya produksi dari target.
Direktur Utama Krakatau Steel Irvan K. Hakim mengatakan bahwa sepanjang 2014, harga baja flat di Asia Tenggara turun tajam dari bulan Januari 2014 sebesar US$540-570/ton cfr (cost and freight) menjadi US$ 460-470/ton cfr pada akhir tahun.
“Bahkan, produsen baja Tiongkok berani banting harga jual bajanya demi mendapatkan pesanan dari pembeli dan cash flow perusahaan, yakni dengan memasang harga jual baja hanya sekitar US$405/ton di luar pajak pada Desember 2014,” kata Irvan dalam siaran pers yang diterima Aktual.co, ditulis Jumat (13/3).
Irvan memaparkan, akibat faktor eksternal tersebut, harga jual rata-rata produk baja Perseroan mengalami penurunan. Sebagai contoh, harga jual rata-rata baja canai panas (hot rolled coil/HRC) turun 3,1% secara year on year. Produk baja jenis lainnya juga turut mengalami penurunan rata-rata harga jual, seperti cold rolled coil/CRC yang turun 5,3%, wire rod turun 7,4%, baja tulangan (steel bars) turun 6,2%, dan baja profil (steel sections) turun 6,1%. Anjloknya harga baja dunia telah membuat pendapatan perusahaan turut menurun sebesar 10,3% menjadi US$1,86 miliar.
Selain itu, faktor kerugian lain adalah depresiasi nilai tukar rupiah selama 2014 yang menekan pendapatan perseroan.
“Perekonomian domestik yang belum kondusif terlihat dengan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga hal ini semakin membuat margin laba PTKS tergerus. Rupiah terus melemah dan fluktuatif, sementara bahan baku dan energi dalam Dollar AS. Padahal, komponen energi dan bahan baku sebesar 80% dari total biaya produksi,” ungkap Irvan.
Perolehan laba kotor perusahaan turun sebesar 57% (yoy) menjadi US$41,1 juta. Penurunan beban pokok pendapatan perusahaan sebesar 8,1% atau senilai US$161 juta, bahkan belum mampu mengimbangi dampak dari penurunan pendapatan bersih, yang disebabkan oleh turunnya harga jual rata-rata dan volume penjualan.
Artikel ini ditulis oleh:













