Jakarta, Aktual.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak dialog seluruh kepala dinas pariwisata kabupaten dan kotamadya seluruh Indonesia untuk membahas percepatan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Diskusi yang dilakukan secara virtual pada Sabtu(26/12) itu disebutkan Sandi, sapaan Sandiaga, sebagai langkah percepatan memuihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi COVID-19.
Khususnya, bagi lima destinasi superprioritas yakni Danau Toba, Likupang, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
“Kita harus menyiapkan segala aspek untuk berbenah, tentunya yang harus kita dahulukan adalah aspek kesehatan, maka berbenah harus disiapkan secara detail, mulai dari kuliner, fesyen, kriya atau kerajinan tangan, tari-tarian, dan lainnya,” kata Sandi mengawali diskusinya.
Instruksinya tersebut, katanya, juga merujuk pada usulan Presiden Jokowi, yakni calender of event atau daftar kegiatan setiap destinasi wisata setiap tahun.
Calender of event tersebut ditunjukkannya seperti halnya langkah Pemerintah Kotamadya Solo yang telah mendata sekaligus mengagendakan lebih dari 60 event dalam setahun.
Selain itu, lanjutnya, Presiden Jokowi juga ingin memastikan setiap aspek kesehatan dan keselamatan dalam setiap destinasi pariwisata bisa diterapkan strategis.
Instruksi tersebut dipaparkan Sandi lewat penerapan CHSE atau K4, yakni cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan).
Begitu juga dengan arahan Wakil Presiden KH Maruf Amin yang menekankan sektor ekonomi kreatif harus bisa menjadi lokomotif dalam penciptaan lapangan pekerjaan.
“Kita mendata ada 30 juta pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terpuruk, mulai dari informal, hingga pelaku usaha mikro dan besar sangat terdampak dan harus segera dibantu,” jelas Sandi.
Percepatan kinerja sektor pariwisata juga harus dilakukan terhadap desa wisata, wisata religi, wisata halal, dan berbagai program yang menyentuh langsung terhadap masyarakat.
“Tugas ini adalah amanat yang berat, tapi akan ringan apabila kita kerjakan bersama. Hari ini adalah sebuah langkah awal, gerak kita menjalankan arahan Presiden dan Wakil Presiden,” imbuhnya.
Merujuk hal tersebut, percepatan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif ditegaskan Sandi lewat penerapan tiga platform, yakni inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
“Tugas pemerintah adalah sebagai fasilitator inovasi bagi ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif, sehingga sistem ini akan menumbuhkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” papar Sandi.
Adaptasi, berbekal dari pengalamannya yang sempat terpapar COVID-19, Sandi mengungkapkan manusia adalah makhluk paling adaptif.
Oleh karena itu, adaptasi yang paling penting dilakukan adalah menerapkan CHSE sekaligus mengalibrasi pasar di setiap destinasi wisata, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan domestik.
“Wisatawan Nusantara ini yang paling potensial, kita harus kembangkan destinasi wisata yang fokus kepada wisatawan Nusantara,” jelasnya.
Sedangkan mengenai kolaborasi, Sandi menegaskan perlunya ada kerja sama dari seluruh pihak. Dirinya mengingatkan agar tidak ada lagi ego sektoral, birokrasi berbelit, dan semua harus membuka komunikasi terhadap seluruh pihak.
“Saya tahu banget birokrasi, dulu sebagai pengusaha saya juga pengalaman. Jadi harus buka diskusi-komunikasi dan kita harus perhatikan masyarakat,” papar Sandi.
“Saya trenyuh sekali jutaan masyarakat telah kehilangan pekerjaan, mereka kehilangan jam kerja sehingga pendapatan mereka turun drastis. Kita harus berkolaborasi untuk membangun bangsa dan negara, khususnya membangun pariwisata dan ekonomi kreatif,” tegasnya.
Oleh karena itu, Sandi mengingatkan kembali kepada seluruh pemerintah daerah untuk tidak hanya bergerak cepat, tetapi tancap gas untuk pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif jangka panjang.
Caranya dipaparkan Sandi lewat menumbuhkan penyediaan atau supply yang meliputi persiapan destinasi wisata, membangun infrastruktur, menciptakan dan membangun daya tarik, monitoring protokol CHSE di setiap destinasi wisata, peningkatan kualitas SDM, serta peningkatan kualitas dan kuantitas produk ekonomi kreatif.
Sedangkan, pertumbuhan permintaan dapat dilakukan dengan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan, memperluas konektivitas wisatawan, pemberian insentif atau paket wisata, optimalisasi kegiatan MICE di destinasi wisata, pemberian intensif peningkatan daya beli produk lokal dan penciptaan lapangan kerja serta hibah pariwisata melalui transfer daerah untuk hotel, restoran, dan pemerintah daerah.
“CHSE ini adalah sebuah vaksin daya tahan dan daya bangkit bagi pariwisata dan ekonomi kreatif. Jadi sebelum vaksin ada, kita punya vaksin pariwisata untuk mendorong pelaku usaha, jadi tugas kita untuk mensosialisasikan sertifikasi CHSE ke depannya,” jelas Sandi.
Ia menambahkan, target pada 2020 sebanyak 6.626 pelaku pariwisata tersertifikasi CHSE sudah tercapai. “Semoga di tahun depan terus bertambah,” tambahnya.
Lewat seluruh langkah tersebut, Sandi mengaku optimistis dapat membangkitkan geliat pariwisata dan ekonomi kreatif Nusantara.
Optimisme bertambah pada keyakinan akan dilibatkannya seluruh pihak, mulai dari pelaku usaha, media, komunitas, sehingga semua unsur pemangku kepentingan agar visi dan misi dapat cepat tercapai.
“Urat pesimis saya sudah putus, saya optimistis sekali dapat membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif lewat kerja sama semua pihak,” ungkap Sandi.(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i