Jakarta, Aktual.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengharapkan keberadaan balai riset perikanan tidak hanya menjadi pusat penelitian, tetapi juga mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat, daerah, dan negara.

“Pentingnya mengindustrialisasikan hasil riset adalah demi pengembangan kegiatan-kegiatan riset itu sendiri,” katanya dalam rilis di Jakarta, Kamis (21/1).

Menurut Trenggono, sebenarnya ukuran keberhasilan dari hasil riset bukanlah sebatas kepada kemampuan menghasilkan benih lobster, benih ikan kerapu, tuna, dan sebagainya.

Namun, lanjutnya, ukuran keberhasilannya adalah seberapa besar industri turunan dari hasil riset tersebut dapat menjadi besar dan bermanfaat.

Ia menaruh harapan besar pada balai riset untuk membangun industri perikanan dari penelitian yang mereka hasilkan, baik itu industri budi daya ikan, benih, maupun usaha turunan lain, seperti abalone kaleng, pakan dan jenis garam-garaman.

Namun, dari semua opsi tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan menekankan untuk membangun industri perikanan budi daya.

Untuk mendukung industri perikanan budi daya dari hasil riset, dia mempersilahkan pihak balai membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk berinovasi.

Terkait inovasi, KKP telah mengembangkan riset terkait teknologi mini chilling storage (MCS) atau pendingin mini di atas kapal nelayan yang sangat bermanfaat dan lebih efektif dan efisien dibanding membawa balok es ke atas kapal.

“Melalui loka riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan, Bantul, pada Desember 2020, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memperkenalkan teknologi MCS untuk kapal perikanan,” kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP  Sjarief Widjaja.

Ia mengemukakan BRSDM terus berkomitmen untuk melaksanakan pemanfaatan data dan informasi hasil riset melalui penghiliran data dan informasi riset yang tepat sasaran, merangkum respons balik dan memberikan nilai tambah bagi arah penggunaan yang terpadu, agar dapat dimanfaatkan pemangku kepentingan.

Terkait riset itu, ujar dia, ikan merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi, tetapi sebagaimana produk hayati lainnya, ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan.

Padahal, lanjutnya, suhu merupakan faktor penting yang dapat mempercepat proses kerusakan, serta menurunkan mutu dan kesegaran ikan sehingga setelah ditangkap, mutu dan kesegaran ikan dapat dipertahankan jika ditangani dengan hati-hati, cepat, bersih dan disimpan pada suhu rendah.

“Salah satu upaya penanganan pascapanen suhu rendah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pembekuan,” katanya.

Keunggulan teknologi MCS antara lain adalah suhu penanganan ikan lebih optimal, pendinginan lebih merata pada permukaan ikan, tekanan fisik pada ikan berkurang, muatan ikan pada palka lebih banyak karena tidak perlu tempat untuk es balok, serta dari sisi beban muatan terhadap kapal, mengangkut teknologi MCS lebih ringan dibandingkan membawa es balok dari darat.(Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i