Jakarta, Aktual.com – Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah, Prof. Muhjidin Mawardi mengatakan, perkebunan dan pertambangan mempunyai andil besar dalam terjadinya banjir di Kalimantan Selatan selain disebabkan rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS).

“Dugaan penyebabnya adalah rusaknya DAS melalui deforestasi dan degradasi lahan. Perkebunan dan tambang punya andil besar dalam hal ini,” kata Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada ini seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id, Minggu (24/1).

Seperti yang disampaikannya pada refleksi akhir tahun 2020 tentang lingkungan hidup di Indonesia, ia mengatakan meski beberapa data menyebutkan bahwa deforestasi berkurang, namun pada nyatanya aktivitas penebangan hutan masih terus berlangsung.

Ia meneruskan, kerusakan lingkungan alam menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Meskipun telah dilakukan usaha meminimalkan kerusakan tersebut, dengan berbagai upaya yang dilakukan secara maksimal, namun Indonesia tidak bisa dikatakan berhasil dalam urusan penyelamatan lingkungan.

Data yang dirilis oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Nasional menyebutkan, dari 3.7 juta Ha total luas lahan Provinsi Kalimantan Selatan, lebih dari 70 persen wilayahnya dikepung industri ekstraktif.

JATAM juga menyebut, DAS terbesar serta paling banyak memiliki titik banjir adalah DAS Balangan-Tabalong. Sekitar 9 titik yang berada di Desa Lalayau, Mihu, Bata, Wonorejo, Halong, Galumbang, Sirap, Teluk Bayur, dan Dahi.

Massifnya deforestasi di Indonesia menurut Prof. Muhjidin lebih disebabkan karena adanya penyelewengan dalam implementasi tatakelola hutan. Banyaknya penyelewengan tersebut disebabkan lemahnya penegakkan hukum.

Tidak cukup sampai disitu, masalah lain yang dihadapai oleh hutan-hutan Indonesia juga sifat rakus manusia. Sehingga diperlukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat, pengusaha, dan para pemangku kepentingan. (RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i