Jakarta, Aktual.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa dentuman yang terjadi di Malang, Jawa Timur disebabkan lapisan inversi di atmosfer.
“Begitu juga dengan suara dentuman yang beberapa kali terjadi di berbagai daerah, yang selama ini menjadi misteri, penyebabnya adalah keberadaan lapisan inversi di atmosfer, kecuali yang terbukti memang ada meteor,” kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Sabtu (6/2).
Dia menjelaskan dalam ilmu meteorologi dikenal istilah “inversi suhu”, yaitu tertindihnya lapisan udara dingin oleh lapisan udara yang lebih hangat di atmosfer.
Lapisan udara ini terbentuk jika ada udara hangat naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin, kemudian menyebar dan meluas di atmosfer. Adapun sumber panas tersebut dapat berasal dari aktivitas industri, kebakaran, lalu lintas, pelepasan panas penyinaran matahari yang diterima, radiasi permukaan bumi dan lain-lain.
Fenomena ini, kata dia, sebenarnya tidak lazim karena dalam kondisi normal suhu udara semakin tinggi mestinya makin dingin, sehingga fenomena terbentuknya lapisan inversi hanya dapat terjadi pada waktu tertentu selama syarat terbentuknya terpenuhi. Lapisan inversi juga dapat terbentuk bila ada anomali tekanan di atmosfer atau ada udara panas yang bergerak dari tempat lain.
Udara panas dan gas yang sedang bergerak naik ke atmosfer, katanya, akan tertahan lapisan udara hangat ini karena membentuk semacam tudung (inversion cap) yang menutupi kawasan dan menjebak gas dan panas yang naik dari bumi.
Ia memberi contoh sederhana, yakni jika berada dekat kawasan industri terkadang mencium bau yang tidak sedap yang berlangsung lama pada kondisi cuaca tertentu. Ini karena gas atau polutan tidak dapat naik ke atmosfer dan terjebak di bawah lapisan inversi.
Lapisan inversi telah dikenal sebagai salah satu faktor yang menyebabkan bencana kabut asap di sejumlah negara. Peristiwa kabut asap yang parah pada 1948 di Donora, Pennsylvania, (AS) dan pada 1952 di London, Inggris, diakibatkan oleh peningkatan lapisan inversi di atmosfer. Bencana kabut asap London berlangsung selama seminggu dan menelan korban jiwa hingga 12.000 orang.
Akan tetapi gas dan partikulat polutan bukanlah satu-satunya yang disekap oleh lapisan inversi. Beberapa orang dilaporkan mendengar suara aneh selama terbentuknya lapisan inversi di atmosfer.
Gelombang suara yang bersumber dari kereta api, mobil, petir, dan sumber suara lainnya dapat terpantul dari lapisan inversi sehingga terdengar di tempat lain. Hal ini terjadi karena lapisan inversi berperan sebagai pemantul kurang sempurna bagi gelombang akustik, gelombang radio dan bahkan cahaya.
Lapisan inversi juga dapat membuat suara lebih keras hingga terdengar jauh. Seperti jika membunyikan klakson mobil di garasi yang tertutup, tentu lebih keras dibanding bunyi klakson di jalan raya. Ini karena suara terjebak pada ruang sempit.
Lapisan inversi membuat suara petir tidak mampu menyebar ke atas atau menjalar ke segala arah, karena sudah terjebak dan hanya dapat menjalar ke permukaan bumi saja. Dalam hal ini suara petir akan terdengar lebih keras dan dapat didengar hingga jauh di kawasan yang terlingkupi lapisan inversi. Suara petir ibarat merambat melalui sebuah kanal audio mirip “tropospheric duct”.
Secara teori, suara adalah gelombang akustik yang sudah terbukti dapat dipantulkan lapisan inversi. Dalam kondisi inversi suhu, gelombang suara akan dibiaskan ke bawah, dan oleh karena itu dapat terdengar pada jarak yang lebih jauh.
Inilah konsep dasar mengapa lapisan inversi dapat membuat suara petir terdengar hingga jauh karena proses multi refleksi. Suara petir jika sudah jauh dan dalam kondisi atmosfer tertentu dapat berubah “anatominya” sehingga tidak lagi seperti suara petir asli di sumbernya, tetapi dapat mirip dentuman.
Selain memantulkan gelombang akustik biasa, lapisan inversi juga berkemampuan memantulkan gelombang mekanik dan akustik ekstrem dalam bentuk gelombang kejut. Sehingga dapat menyebarkan suara dan efek getaran di wilayah yang lebih jauh.
Lebih lanjut, ia mengatakan, topografi memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menahan lapisan inversi. Udara dingin dapat terakumulasi di cekungan lembah atau dataran rendah di pantai pada kondisi cuaca tertentu. Sehingga daerah dengan morfologi semacam ini rentan terjadinya fenomena inversi di saat musim hujan.
Salah satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang rentan terhadap terbentuknya lapisan inversi adalah daerah Malang. Dengan topografi yang berbentuk cekungan yang dikelilingi pegunungan menjadikan kawasan ini rentan dilingkupi inversi suhu pada kondisi tertentu, yaitu ketika udara dingin terperangkap di lembah dan lapisan udara hangat menutupinya dari atas.
Pada saat cekungan Malang tertutupi lapisan inversi, seolah terbentuk “lorong raksasa”. Cukup dengan kejadian petir yang terjadi di dekatnya atau dari tempat lain maka dentuman akan menjalar di sepanjang lembah dan terpantul berulang-ulang mirip terbentuknya gema seperti dilaporkan sebagian warga Malang beberapa hari lalu, demikian Daryono.
(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin